KEPEMIMPINAN
DAN POLA KOMUNIKASI ORGANISAS KIAI
(STUDI PADA
ORGANISASI DI MAJELIS KIAI AL-AMIEN PRENDUAN)
Diajukan Untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh
Gelar Serjana Sosial Islam Pada
Program Studi Komunikasi
dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah
Di Institut
Dirosat Islamiah Al-Amien (IDIA) Prenduan
Sumenep Madura
Jawa Timur
Oleh:
ACHMAD JEDI
NIMKO: 2008.4.037.0411.1.00088
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI
DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT
DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN PRENDUAN
SUMENEP JAWA
TIMUR
TAHUN 2011
NOTA
KONSULTASI
Nomer : -
Lampiran : 1 Eksamplar
Hal : Naskah Skripsi
Sdr. Achmad Jedi
Kepada Yth:
Rektor IDIA Prenduan
KH. Maktum Jauhari, MA
di_
Kediaman
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah
mengadakan beberapa koreksi, perbaikan serta pengarahan seperlunya terhadap
skripsi saudara:
Nama : Achmad
Jedi
NIM : 2008.4.037.0411.1.00088
Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
Judul : KEPEMIMPINAN DAN POLA KOMUNIKASI
ORGANISASI KIAI (STUDI PADA ORGANISASI MAJELIS KIAI AL-AMIEN PRENDUAN)
Maka dengan ini kami mohon agar skripsi saudara tersebut dapat
segera diseminarkan.
Demikian harapan kami dan atas perhatiannya diucapkan banyak terima
kasih.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb
Prenduan, 11April2012
Mengetahui,
Pembimbing I,
Anwar Dani,
M.Sos.I
|
Pembimbing
II,
Rudi Hartono,
S.Sos.I
|
PENGESAHAN
Skripsi ini
telah dipertahankan di depan tim penguji
Institut
Dirosat Islamiyah Al-Amien (IDIA) Prenduan Sumenep Madura, dan telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1
Pada:
Senin: 05 Mei 2012
TIM
PENGUJI
1.
Hisyam
el-Qodri, M. Kes (Penguji I)
(………………….)
2.
Drs.
Mohammad Rusli, M.Si (Penguji II) (………………….)
3.
Abdul
Qodir Jailani, M.Pd.I (Penguji III)
(………………….)
Mengesahkan,
Rektor Institut Dirosat Islamiyah
Al-Amien (IDIA) Prenduan
Sumenep Madura
KH. Maktum
Jauhari, MA
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini kepada:
§ Ibu dan ayahku tercinta “MarsukandanSiti Aminah”, yang telah
mendoakan dan memberi motivasi serta nasehat yang tiada henti agar aku tetap
semangat dalam menyelesaikan jenjang pendidikan kesarjanaan.
§ Abangku tercinta “Munawar, S.Pd.I” yang telah
mengorbankan tetesan-tetesan keringatnya untuk membembiayaiku dalam
menyelasakan jenjeng pendidikanku dibangku kuliah.
§ Embakku tercinta “Nur Janah” yang tak henti-hentinya
memberikan motivasi, pandangan-pandan serta nasehat-nasehatnya.
§ Kakak perempuanku “Jawariyah”, kakak iparku “Anas Alifi” Kakak sepupuku “Muniri”
§ Guru-guruku yang terhormat.
Bimbingan, arahan dan kritikannya tetap saya harapkan untuk sarana berbenah
diri.
§ Teman-temankukhususnya shof “Yogenlisfis-Najfa Syagirda”semoga
kita tetap kompak dan semangat dalam setiap perbuatan yang baik dan diridhoi
Allah.
§ Segenap orang yang telah
membantuku, baik secara langsung maupun tidak langsung. Aku ucapkan terima
kasih atas bantuannya, semoga Allah membalasnya dan dijadikan amal shaleh.
MOTTO
ÙˆَجَعَÙ„ْÙ†َا Ù…ِÙ†ْÙ‡ُÙ…ْ Ø£َئِÙ…َّØ©ً ÙŠَÙ‡ْدُونَ بِØ£َÙ…ْرِÙ†َا
Ù„َÙ…َّا صَبَرُوا ÙˆَÙƒَانُوا بِآيَاتِÙ†َا ÙŠُوقِÙ†ُون (السجدة: ٢٤)
Artinya: Dan Kami jadikan di antara mereka itu
pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka
sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami (Q.S As-sajadah:24)
“Kebenaran yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kejahatan
yang terorganisir” (Nusus)
ABSTRAKSI
Jedi,Achmad2012. KEPEMIMPINAN
DAN POLA KOMUNIKASIORGANISASI KIAI
(Studi Atas Sistem kepemimpinan Kolektif dan Pola Komunikasi Organisasi di
Majelis Kiai Al-Amien Prenduan)
Kata kunci: Kepemimpinan,
Komunikaisi, Kiai
Konsepsi kepemimpinan dalam sebuah organisasi
menjadi hal penting yang harus diperhatikan.Hal itu karena kepemimpinan adalah
inti dari sebuah organisi yang didalamnya terjadi interaksi antara pihak yang
memimpi dengan yang dipimpin dalam beberapa literatur disebutkan bahwa kepemimpinan
sangat berpengaruh besar dalam kesuksesan sebuah organisasi. Untuk itu dalam
menjalankan visi dan misinya, Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan membentuk
sebuah sistem kepemimpinan kolektif yang dipegang langsung oleh Majelis Kiai
Al-Amien Prenduan yang merupakan lembaga
tertinggi di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan. Selain itu, dalam sebuah
organisasi tidak akan terlepas dari sebuah proses komunikasi baik itu
komunikasi vertikal ataupun komunikasi horizontal. Maka hal ini perlu diketahui
bagaimana sistem kepemimpinan kolektif dan pola komunikasi organisasi yang ada
di Majelis Kiai Al-Amien Prenduan.
Penelitian ini
berfokus pada sistem kepemimpinan kolektif dan pola komunikasi organisasi di
Majelis Kiai Al A-Amien Prenduan
Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode interview
(wawancara)dengan cara tanya jawab secara lisan yang dilakukan
langsung ke sumber informasi. Selain itu,
peneliti juga menggunakan metode observasi untuk memvalidasi
hasil wawancara dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Sedangkan metode
dokumentasi digunakan oleh peneliti untuk memperkuat data yang lain.
Penelitian ini menghasilkan bahwa sistem
kepemimpinan kolektif adalah sistem kepemimpinan demokratik yang mana seluruh
keputusan, kebijakan yang ada di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan di tentukan
secara musyawarah mufakat oleh Majelis Kiai dan seluruh lapisan Pondok
Pesantren Al-Amien Prenduan yang kemudian ketentuan akhir berada diDewan Riasah
atau majelis kiai.sedangkan pola
komunikasi di majelis kiai itu sendiri terdiri dari komunikasi vertikal yang
terdiri dari dua betuk yaitu komunikasi lansung dan komunikasi tidak langsung
yang berupa intruksi-intruksi, arahan-arahan serta petunjuk-petunjuk dari
majelis kiai secara langsung sedangkan yang tidak langsung berupa disposisi
pimpinan dan komunikasi horizontal yang mana anggota majelis kiai sering
melakukan komunikasi organisai diluar forum.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
…………………………………………………….…….. i
NOTA KONSULTASI ………………………………………………………...
ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………
iii
PERSEBAHAN ……………………………………………………………….. iv
MOTTO ………………………………………………………………………… v
ABSTRAK ………………………………………………………..…………… vi
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..
vii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………..ix
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… xi
BAB I: PENDAHULUAN ……………………………………………………..
1
A. Konteks
Penelitian ………………………………………………….. 1
B. Fokus
Penelitian …………………………………………………….. 9
C. Tujuan
Penelitia …………………………………………………..… 9
D. Kegunaan
Penelitian ………………………………………………… 9
E. Definisi
Istilah …………………………………………………..… 10
F. Sistematika
pembahasan …………………………………………... 11
BAB II: KAJIAN PUSTAKA
………………………………………………... 13
A. Tinjauan
Teoritis tentang Kepemimpina …………………………... 13
1. Pengertian
Kepemimpinan …………………………………….. 13
2. Model-model
Kepemimpinan ……………………………….… 14
B. Tinjauan
Teoritis tentang Komunikasi …………………………….. 15
1. Pengertian
Komunikasi ……………………………………..…. 15
2. Proses
Komunikasi …………………………………………….. 17
3. Model-model
Komunikasi ………………...…………………… 19
C. Tinjauan
Teoritis tentang Komunikasi Organisasi ………………… 19
1. Pengertian
Organisasi …………………………………………. 19
2. Macam-macam
Organisasi …………………………………….. 21
3. Pengertian
Komunikasi Organisasi ………………………….… 21
D. Tinjauan
Teoritis tentang Kepemimpinan dan Pola
komunikasi Organisasi
………………………………………….… 22
1. Kepemimpinan
dalan Organisasi ……………………………… 22
2. Pola
Komunikasi dalam Organisasi …………………………… 23
3. Korelasi
antara Kepemimpinan dan
Pola Komunikasi Organisasi
………………..………………… 24
E. Penelitian
Terdahulu ……………………………………………... 26
BAB III: METODE PENELITIAN
……………………………………….…. 28
A. Jenis
Penelitian dan Pendekatan …………………………………… 28
B. Tempat
Penelitian …………………………………………………. 28
C. Sumber
Data ………………………………………………………. 28
D. Tehnik
Pengumpulan data ………………………………………… 29
E. Tehnik
Pemeriksaan Keabsahan Data ……………………………... 30
F. Tehnik
Analisis Data …………………………………………….… 31
BAB IV: PAPARAN DATA DAN TEMUAN
PENELITIAN ……………... 34
A. Paparan
Data
1. Sekilas
tentang Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan ……… 31
a. Letak
Geografis Pondok Pesantren
Al-Amien Prenduan ………………………………………..
31
2. Organisasi
Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan …………… 36
a. Dewan
Riasah/Majelis Kiai ……………………………….. 36
b. Majelis
A’wan …………………………………………….. 38
c. Kordinator
Harian ………………………………………….40
d. Yayasan
Al-Amien Prenduan ……………………………… 41
1. Biro
Pendidikan ……………………………………….. 42
2. Biro
Dakwah dan Pengabdian Masyarakat ……………. 43
3. Biro
Kaderisasi dan Alumni …………………………… 44
4. Biro
Ekonomi dan Sarana …………………….………. 44
3. Kepemimpinan
di Majelis Kiai Al-Amien Prenduan ……….… 47
4. Pola
Komunikasi Organisasi Majelis Kiai
Al-Amien Prenduan ……………………………………………
56
B. Temuan
Penelitian …............................................................... 62
1. Sistem
kepemimpinan kolektif Majelis Kiai
Al-Amien Prenduan ……………………………………………
62
2. Pola
Komuniakasi Majelis Kiai Al-Amien Prenduan ………… 63
BAB V: PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
…………………………... 65
A. Sistem
Kepemimpinan Kolektif organisasi
Majelis Kiai Al-Amien Prenduan
………………………………….. 65
B. Pola
Komunikasi Organisasi Majelis Kiai
Al-Amien Prenduan
………………………………………………... 66
BAB VI: PENUTUP …………………………………………………………..
69
A. Kesimpulan
……………………………………………………….... 69
B. Saran-saran
………………………………………………………… 70
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 71
LAMPIRAN-LAMPAIRAN ……………………………………………….…
73
DAFTAR LAMPIRAN
No
|
Lampiran
|
Ket.
|
1
2
3
4
5
6
7
|
Transkip Wawancara
Catatan Lapangan
Triangulasi data
Reduksi Data
Foto Dokumentasi
Struktur organisasi Al-Amien
Surat Keterangan Penelitian
Skripsi Terjemahan Berbahasa Inggris
|
Lampiran I
Lampiran II
Lampiran III
Lampiran IV
Lampiran V
Lampiran VI
Lampiran VII
|
KATA
PENGANTAR
Alhamdullah
dengan ucapan puji syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah Tuhan
semesta alam atas limpahan nikmat taufik, hidayah, maunah dan inayah-Nya
sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “KEPEMIMNAN DAN POLA KOMINIKASI ORGANISA KIAI (Studi pada Organisasi
di Majelis Kiai Al-Amien Prenduan)” dengan lancar dan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Shalawat
dan salam semoga terus tercurahkan kepada junjungan nabi Muhammad SAW pembawa
risalah kenabian terakhir yang telah membawa kita minaddzulumati ila an-nur,
bagi keluarga dan sahabat-sahabatnya serta para pengikut jejaknya hingga datang
hari pembalasan.
Dalam
skripsi ini, penulis haturkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dan meluangkan waktunya untuk membantu menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Terima kasih atas penghargaan ini saya khususkan kepada:
1.
Pimpinan
dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, KH. Muhammad Idris Jauhari,
yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di pondok ini.
2.
Rektor
IDIA Prenduan KH. Maktum Jauhari, MA. yang selama ini telah memberi
nasehat dan motivasi kepada kita semua
3.
Bpk.
Anwar Dani , M.Sos.I sebagai
pembimbing I dan Bpk. Rudi Hartono, S.Sos.I.sebagai pembimbing II. yang
dengan sabar membimbing dan mengarahkan saya hingga dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik.
4.
Seluruh
Majelis Kiai Al-Amien Prenduan yang
telah bersedia menjadi narasumber dalam penelitian ini. Sehingga mempermudah
penulis dalam memperoleh data dan dapat merampungkan penulisan skripsi ini.
5.
Penanggung
jawab (PJ) Niha’ie Ust. Putra Lastika S.Fil.Iyang telahmencurahkan tenaga, pikiran serta waktu, untuk
menyelenggarakansemua program keniha’iean IDIA Prenduan 2012
6.
Temen-temenku
tercinta khususnya shof “Yogenlisfis dan Najfa Syagirda” dan semua
temenku seperjuangan secara umum, tidaklah kesuksesan itu datang dengan
sendiri. Tanpa mau bersusah payah mustahil kita bisa meraihnya.
7.
Semua
pihak yang telah meluangkan waktu untuk membantu menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan banyak terima kasih saya sampaikan dan semoga Allah membalas semua amal
kebaikan yang selama ini telah kalian lakukan.
Mudah-mudahan
skripsi ini menjadi sumbangan literatur dan bermanfaat bagi siapa saja yang mau
menelaahnya.Akhirnya, penulis sampaikan permohonan maaf atas segala kesalahan
dan kekurangan.Selain itu juga saran dan kritik dari semua pihak tetap penulis
harapkan untuk kesempurnaa skripsi ini.
Prenduan,
05April 2012
Penulis,
Achmad Jedi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Konteks Penelitian
Manusia merupakan mahkluk yang diciptakan Allah, dengan struktur dan fungsi
yang sangat sempurna bila dibandingkan dengan mahkluk Tuhan yang lainnya. Manusia
juga diciptakan sebagai mahkluk multidimensi, memiliki akal dan pikiran dan
kemampuan beriteraksi secara personal maupun sosial. Karena itu manusia disebut
mahkluk yang unik, yang memiliki kemampuan untuk berinteraksi, bersosalisasi antara satu dengan yang lainnya.
Di sisi lain,
sebagai mahluk sosial, pada dasarnya manusia tidak bisa hidup secara sendiri,
oleh karena itu manusia selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam realitas kehidupan sosial, kehidupan manusia tidak akan
terlepas dari kehidupan berkelompok. Oleh karena itu manusia sebagai mahluk
yang mempunyai akal, fikiran maupun perasaan dalam kehidupannya pastilah
mempunyai tujuan, baik tujuan induvidu maupun tujuan bersama.Hal inilah yang
mendorong manusia untuk bekerjasama dan membentuk suatu kelompok-kelompok
sosial yang diharapkan bisa saling berkerjasama dalam pencapaian tujuan
tersebut.Hal inilah yang kemudian dikembangkan dan diaplikasikan ke dalam
sebuah organisasi.
Liliweri
(2010:239) mengatakan, “setiap orang menjalani kehidupannya dalam organisasi
baik organisasi dalam pengertian sebagai cooparation
(kerjasama) maupun organisasi sebagai masyarakat kecil yang memiliki nilai
dan norma untuk kerja sama”. Hal ini
telah dijelaskan oleh Allah dalam al-Qur’an:
ÙˆَتَعَاوَÙ†ُوا عَÙ„َÙ‰ الْبِرِّ ÙˆَالتَّÙ‚ْÙˆَÙ‰ Ùˆَلا تَعَاوَÙ†ُوا عَÙ„َÙ‰
الإثْÙ…ِ ÙˆَالْعُدْÙˆَانِ ÙˆَاتَّÙ‚ُوا اللَّÙ‡َ Ø¥ِÙ†َّ اللَّÙ‡َ Ø´َدِيدُ الْعِÙ‚َاب
) الماءدة: ٢)
Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan,
dan jangan tolong menolonglah kamu dalam berbuat dosa dan permusuhan.
Bertakwalah kepada Allah sesunggunya, Allah amat berat siksa-Nya”(QS.
Al-Maidah: 2)
Dari ayat di atas cukup jelas bahwa tolong
menolong atau kerjasama merupakan suatu hal yang dianjurkan oleh Allah dalam
mendapatkan kemudahan dalam mencapai suatu tujuan bersama. Hal inilah yang
mendorong manusia untuk membentuk suatu kelompok atau suatu organisasi guna
mencapai tujuan bersama.
Organisasi sendiri secara harfiah
mempunyai pengertian “Paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling
bergantung” (Effendi, 2009:114). Sedangkan menurut Bungin
(2006:277) mengatakan “dalam sebuah organisasi memiliki tujuan baik itu tujuan
umum maupun tujuanyang dimiliki oleh orang-orang dalam organisasi tersebut”.
Hal inilah yang mendorong orang untuk membentuk sebuah organisasi untuk
mencapai tujuan bersama.
Saat ini organisasi memang menjadi budaya yang banyak diaplikasikan dalam
organisasi, baik perusahaan maupun politik serta organisasi yang ada di
tengah-tengah masyarakat bahkan beberapa perusahaan memasang tulisan yang
menunjukkan budaya organisasi mereka di tempat-tempat yang menarik perhatian. Misalnya di depan pintu masuk kantor, atau di dekat tempat para
karyawan melayani pelanggan. Konsep budaya organisasi mulai berkembang
sejak awal tahun 1980-an. Konsep budaya organisasi diadopsi dari konsep budaya
yang lebih dahulu berkembang pada disiplin ilmu antropologi (http://ruanginstalasi.wordpress.com/2011/06/21/budaya-organisasi-pesantren-1/.Diakses 18 November 2011).
Budaya organisasi yang saat ini mulai berkembang dalam kehidupan sosial
ternyata tidak hanya diterapkan oleh perusahaan maupun politik.Organisasi
sebagai sistem kerja kelompok untuk mencapai tujuan bersama, maka di dunia
pesantrenpun juga menerapkan sistem organisasi guna mencapai visi dan misi yang
ada di pesantren.Untuk itu, dalam
merealisasikan hal tersebut sangat dibutuhkan perencanaan yang matang dan
sistematik agar tercapai hasil yang optimal sesuai dengan tujuan pesantren.
Secara historis, pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang di-kembangkan secara indigenous oleh masyarakat Indonesia. Karena sebenarnya pesantren merupakan produk budaya masyarakat Indonesia yang sadar sepenuhnya akan pentingnya arti sebuah pendidikan bagi orang pribumi yang tumbuh secara natural. Terlepas dari mana tradisi dan sistem tersebut diadopsi, tidak akan mempengaruhi pola yang unik (khas) dan telah mengakar serta hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. (http://ruanginstalasi.wordpress.com/2011/06/21/budaya-organisasi pesantren-1/21Jun )
Pondok
Pesantren Al-Amien Prenduan merupakan lembaga yang berbentuk dan berjiwa pondok pesantren yang
bergerak dalam lapangan pendidikan, dakwah, kaderisasi dan ekonomi sekaligus
pula menjadi pusat studi islam. Al-Amien
membentuk sebuah sistem kepemimpinan kolektif yang bersifat transformasional yaitu kepemimpinan yang memegang beberapa
jabatan dan kohesif yaitu kepemimpinan yang saling berhubungan dengan
beberapa anggota yang lain. Dengan kepemimpinan seperti ini diharapkan timbul
kerja sama yang baik dalam mewujudkan cita-cita bersama dengan
mentransformasikan nilai-nilai yang dianut untuk mendukung visi dan tujuan
pondok pesantren. Untuk itu dibentuklah sistem organisasi yang merupakan
lembaga tertinggi di pondok pesantren Al-Amien Prenduan yang disebut dengan
istilah dewan riasah atau majelis kiai.Dewan riasah ini terdiri dari
kiai-kiai senior yang ada di lingkungan Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan.Hal
inilah yang menjadikan Pondok Pesanteren Al-Amien Prenduan mengalami
perkembangan yang pesat dari tahun ketahun.
Ada banyak alasan untuk menciptakan model kepemimpinan kolektif di
pesantren. Salah satu yang terpenting adalah karena islam sendiri mengajarkan syura
atau musyawarah. Selain itu, pondok pesantren di masa-masa mendatang akan
menghadapi persoalan-persoalan yang jauh lebih kompleks di bandingkan dengan
apa yang di hadapinya sekarang sesuatu menuntut keterlibatan lebih banyak unsur
dalam mengambil keputusan. Kepemimpinan yang induvidual dan otoriter juga
cendrung menghambat keberlansunganeksitensi pondok pesantren sendiri.Dengan
model kepemimpinan kolektif, seluruh unsur pimpinan bisa duduk bersama guna
menemukan ide, merencanakan progaram, serta mengambil keputusan. Maka pesantren
yang di pimpin dan di kelola secara kolektif cendrung akan lebih dinamis dan
inovatif, tidak kaku, serta senantiasa siap menghadapi perubahan dalam bentuk
apapun (Warkat, 2009-2010:1)
Gerak sebuah
organisasi tentunya tidak akan terlepas dari faktor kepemimpinan, dalam sebuah kepemimpinan itu
terdiri dari pemimpin dan yang dipimpin (struktur organisasi). Hal ini merupakan masalah penting untuk
kelangsungan sebuah organisasi. Konsepsi kepemimpinan dalam sebuah organisasi
menjadi hal penting yang harus diperhatikan.Hal itu karena kepemimpinan merupakan
dinamika sosial yang didalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin
dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama.
Anoraga
(2003:2) mengatakan “Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang
untuk mempengaruhi orang lain melalui komunikasi baik langsung maupun tidak
langsung dengan maksud untuk menggerakan orang lain agar penuh perhatian,
kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti kehendak-kehendak pemimpin tersebut.
Mempengaruhi disini tentunya harus didasari dengan konsep diri dalam memimpin
sebuah organisasi yang akan menjadi karakteristik kepemimpinan tersebut.
Bungin
(2006:278) memaparkan kembali tentang masalah struktur dalam sebuah organisasi
bahwasannya “organisasi memiliki suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan yang
memungkinkan semua induvidu dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi
yang sangat jelas, seperti pimpinan, staf pimpinan dan karyawan.Masing-masing
orang dalam posisi tersebut mempunyai tanggung jawab terhadap bidang
pekerjaannya tersebut”.
Untuk itu dalam
menerapkan sistem kepemimpinan kolektif yang bersifat transformasional dan
kohesif,organisasi di majelis Kiai Al-Amien membentuk sebuah formasi jabatan dengan formasi, KH. Muhammad
Idris Jauhari sebagai ketua sekaligus pipimpinan dan pengasuh pondok pesantren
Al-Amien Prenduan, KH. Maktum Jauhari, MA., sebagai wakil
pengasuh/pimpinan sekaligus Rektor IDIA Prenduan, KH. Moh. Zainullah Rois, Lc.,
sebagai sekretaris sekaligus Pengasuh TMI Al-Amien Prenduan, KH. Moh. Khoiri
Husni, S.Pd.I., sebagai bendahara sekaligus pengasuh MTA, Al-Amien Prenduan, KH. Fauzi Rosul sebagai
anggota sekaligus pengasuh Ma’had Salfy Al-Amien III, KH.Moh.Bahri As’ad,
S.Pd.I sebagai anggota sekaligus pengasuh Pondok Putri I, Dr. KH. Ahmad Fauzi
Tijani, MA sebagai anggota sekaligus wakil Rektor IDIA Prenduan.Mereka inilah
yang terlibat dalam sebuah organisasi dan sekaligus sebagai dewan risalah atau
majelis kiai yang berada di Pondok Pesantren Al-Amien prenduan.
Organisasi yang ada di majelis kiai
Al-Amien Prenduan, tentunya antara para anggota kiai sebagai pelaku organisai
tidak terlepas dari sebuah hubungan interaksi komunikasi antara kiai satu
dengan kiai lainya sebagai indikator kuat bagi
keberlangsungan sebuah manajemen dalam organisasi tersebut.
Mengenai organisasi dengan
komunikasi, William V. Hanney dalam sebuah bukunya, Communication and
Organizational Behavior, yang dikutip oleh Effendi (2009:116) mengatakan
“organisasi terdiri atas sejumlah orang, ia melibatkan keadaan saling
bergantung dan kebergantungan memerlukan kordinasi, koordinasi mensyaratkan
komunikasi”.
Effendi
(2009:116) juga mengatakan, “interaksi yang harmonis diantara para karyawan
suatu organisasi, baik secara hubungan timbal balik maupun secara horizontal
disebabkan oleh komunikasi” karena itulah komunikasi sebagai alat penyapaian
pesan, gagasan dan pikiran menjadi konsep keberhasilan dari sebuah organisasi
terutama organisasi yang berada di majelis kiai Al-Amien Prenduan.
Sebagaimana yang dinyatakan
Bungin(2006:261) bahwa Komunikasi merupakan
“sebuah tindakan untuk berbagi informasi, gagasan ataupun pendapat dari setiap
partisipan komunikasi yang terlibat di dalamnya guna mencapai kesamaan makna.
Tindak komunikasi tersebut dapat dilakukan dalam berbagai konteks, antara lain
adalah dalam ruang lingkup organisasi”.
Dalam komunikasi antar anggota majelis kiai Al-Amien Prenduan, tentunya
tidak terlepas dari sebuah proses bagaimana komunikasi yang akan disampaikan
oleh kiai yang satu terhadap kiai yang lain dapat diterima, baik itu informasi
maupun opini dalam mengembangkan visi dan misi dari organisasi tersebut. Hal
ini sejalan dengan Effendi(
2009:11) bahwa Proses komunikasi pada hakikatnya
adalah “proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator)
kepada orang lain (komunikan)”.
Dari inilah efektivitas dari sebuah organisasi erat kaitannya dengan bagaimana proses komunikasi yang
ada dalam sautu organisasi yang ada di majelis Kiai Al-Amien Prenduan. Pola komunikasi organisasi yang merupakan hal
yang sangat penting dalam menyampaikan suatu pesan, baik itu proses komunikasi
antara atasan kepada bawahan ataupun bawahan kepada atasan, hal ini akan sangat
mempengaruhi kepada kelancaran organisasi tersebut.
Dalam rangka membentuk kepemimpinan kolektif
yang bersefat transformasional dan kohesif, selain anggota majlis kiai yang
berada dalam suatu naungan organisasi, dewan riasah juga berperan sebagi
konseptor, manajer, dan supervisor yang selalu mengedepankan responsibility
dan dedikasinya sebagai pemimpin.Oleh karenanya, beberapa anggota Dewan Riasah
ini di amanahkan untuk menjadi pengasuh di suatu lembaga pendidikan yang berada
di bawah naungan Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan.Hal ini yang menjadikan
sistem organisasi yang ada di majlis kiai Al-Amien Prenduan berbeda dengan
sistem organisasi pada umumnya.
Maka dari paparan di atas maka timbul pertanyaan,bagaimakah sistem kepemimpinan kolektif yang bersifat
transformasional dan kohesif yang ada di majlis kiai Al-Amien Prenduan serta
bagaimana hubungan dan proses komunikasi antar anggota majelis kiai yang
terikat dalam suatu organisasi dewan riasah yang merupakan lembaga tertinggi di
Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan.
Tentunya fenomena ini berbeda dengan sistem organisasi pada umumnya, karena
seperti yang telah dipaparkan diatas selain kerterlibatan mereka dalam suatu
organisasi juga sebagai seorang pemimpin suatu lembaga yang ada di Al-Amien
prenduan.Tentunya pola komunikasi dalam organisasi yang ada di majlis Kiai
Al-Amien Prenduan berbeda dengan pola komunikasi yang ada di organisasi pada
umumnya mengingat keanggotaan dari organisasi ini adalah para kiai-kiai senior
yang ada di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan.
Terkait masalah-masalah di atas, peneliti
tertarik untuk meneliti lebih jauh dan mengangkat permasalahan ini untuk dikaji
secara ilmiah yang sekaligus menjadi judul skripsi peneliti yaitu “KEPEMIMPINAN
DAN POLA KOMUNIKASI ORGANISASI KIAI (Studi atas sistem Kepemimpinan
kolektif dan Pola Komunikasi Organisasi di Majelis Kiai Pondok Pesantren
Al-Amien Prenduan)”.
B.
Fokus penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti
dapat merumuskan pokok pembahasan dalam kegiatan penelitian skripsi ini, yaitu:
1.
Bagaimanakah
sistem kepemimpinan kolektif di organisasi majelis kiai Al-Amien Prenduan?
2.
Bagaimanakah
pola komunikasi organisasi majelis kiai Al-Amien Prenduan?
C.
Tujuan penelitiana
Dari fokus penelitian diatas maka tujuan yang hendak dicapai
peneliti adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui sistem kepemimpinan kolektif di organisasi majelis kiai Al-Amien
Prenduan.
2.
Untuk
mengetahui pola komunikasi organisasi majelis kiai Al-Amien Prenduan.
D.
Kegunaan penelitian
1.
Secara
akademis
Sebagai bahan informasi pendahuluan bagi penelitian yang mirip di
masa-masa akan datang, atau sebagai bahan informasi pembanding bagi penelitian
yang sama,namun memiliki sudut pandang yang berbeda.
2.
Secara
praktis
Secara khusus, hasil penelitian ini berguna bagi majelis kiai
Al-Amien Prenduan sebagai bahan evaluasi (penilaian) tentang bagaimana
menerapkan kepemimpinan kolektif yang
bersifat transformasional dan menerapkan pola komunikasi dalam berorganisasi di
majelis kiai Al-Amien Prenduan dalam berorganisasi.
E.
Defenisi istilah
Untuk
memperjelas istilah-istilah, maka perlu kiranya penulis membuat batasan istilah
sebagai berikut:
1.
Definisi
konseptual
a.
“Komunikasi Organisasi adalah
pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal
maupun informal dari suatu organisasi” (Wiryanto, 2005).
b.
”Kiai adalah gelar yang diberikan oleh masyarakat Jawa kepada seorang
ahli ilmu agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren serta
mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada santri” (Kiswanto, 2008:22).
c.
“Kepemimpinan adalah kemampuan induvidu untuk
mempengaruhi, memotivasi dan membuat orang lain mampu memberi kontribusi demi
efektifitasnya keberhasilan sebuah organisasi” (House et. Al., 1999, h. 184.
Dikutip dari Yulk, 2010:4)
d.
“Pola komunikasi atau model komunikasi adalah
replika komunikasi dari dunia nyata” (Mulyana, 2010:143)
e.
“Majelis
Kiai atau dewan risalah adalah lembaga tertinggi yang ada di Pondok Pesantren
Al-Amien Prenduan (Warkat, 2011:1)
2.
Definisi
Oprasional
Dari definisi-definisi konseftual diatas, Maka dapat diambil kesimpulan bahwa maksud dari kepemimpinan dan pola komunikasi organisasi dalam
penelitian ini adalah pada sistem kepemimpinan
kolektif yang bersifat transformasional dan kohesif yang ada di majelis kiai
Al-Amien prenduan serta pola komunikasi
antar anggota majlis kiai Al-Amien Prenduan dalam mengembangkan
organisasi yang ada di majlis kiai Al-Amien prenduan.
F.
Sistimatika pembahasan
Penelitian ini
akan dibahas secara metodis dan sistematis yang mana dalam keseluruhan
penelitian ini terdapat lima bab, yaitu
1.
Bab I : Pendahuluan
Dalam
bab ini dikemukakan konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, batasan istilah dan sistematika
penelitian
2.
Bab II : Kajian Pustaka
Dalam bab ini akan mengemukakan kajian pustaka yang
terdiri dari komunikasi meliputi pengertian komunukasi, proses komunikasi,
model-model komunikasi kemudian komunikasi organisasi meliputi pengertian
komunikasi organisasi, pengertian organisasi, macam-macam organisasi kemudian
membahas kepemimpinan meliputi pengertian kepemimpinan, model-model
kepemimpinan dan kepemimpinan kiai kemudian membahas tentang kepemimpinan dan
pola komunikasi organisasi yang meliputi kepemimpinan dalam organisasi, pola
komunikasi dalam organisasi, korelasi antara kepemimpinan dan pola komunikasi.
3.
Bab III : Metode Penelitian
Dalam bab ini mengemukakan jenis penelitian
dan pendekatan, tempat penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pemeriksaan keabsahan data dan teknik analisis
data.
4.
Bab VI : Laporan Penelitian
Dalam bab ini dikemukakan paparan data dan temuan data
penelitian yang ditemukan oleh peneliti.
5.
Bab V :
Pembahasan Hasil Temuan
Agar
paparan data dan temuan data lebih jelas dan gambang maka peneliti akan
memaparkan pembahasan
hasil penelitian dalam bab ini.
6.
Bab VI : Penutup
Bab terakhir merupakan generalisasi dari keseluruhan
kajian analisis data yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian secara
keseluruhan serta berisi saran-saran penulis bagi pembaca atau peminat peneliti
selanjutnya berdasarkan kekurangan dan kelemahan dalam penelitian ini, baik
yang menyangkut
subjek penelitian ataupun objek penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis Tentang Kepemimpinan
1.
Pengertian Kepemimpinan
Ada beberapa
pengertian yang berkenaan dengan masalah kepemimpinan namun pada intinya semua
dari pengertian ini mempunyai kesamaan. Di antara definisi dari kepemimpinan
adalah:
Kepemimpinan
adalah merupakan suatu proses mempengaruhi yang termanifestasikan dalam
prilaku-prilaku dan interaksi-interaksi antara pimpinan dan bawahan,yang
terjalin dalam suatu konteks tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan bersama
(Raihani, 2011:25). Namun menurut Suprianto (2007:17) kepemimpinan adalah
kemampuan dan kesiapan yang di miliki oleh seseorang untuk mempengaruhi, memaksa
orang lain agar menerima pengaruhnya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
Sedangkan
Handoko (2003:294) mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan yang
dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan
dan sasaran. Berkaitan dengan kepemimpinan ini, Allah berfirman dalam
al-Qur’an:
ÙˆَجَعَÙ„ْÙ†َا Ù…ِÙ†ْÙ‡ُÙ…ْ Ø£َئِÙ…َّØ©ً ÙŠَÙ‡ْدُونَ بِØ£َÙ…ْرِÙ†َا Ù„َÙ…َّا
صَبَرُوا ÙˆَÙƒَانُوا بِآيَاتِÙ†َا ÙŠُوقِÙ†ُون (السجدة: ٢٤)
Artinya: Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin
yang memberi petunjuk dengan perintah
Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami (Q.S
As-sajadah:24)
Ada implikasi
penting dari defenisi-defenisi diatas yaitu:
a.
Kepemimpinan
menyangkut orang lain, bawahan atau pengikut yaitu kesediaan mereka untuk
menerima pengarahan dari pemimpin.
b.
Kepemimpinan
menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang di antara para
pemimpin dan anggota kelompok. Para pemimpin mempunyai wewenang untuk
mengarahkan para anggota kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat
mengarahkan kegiatan-kegiatan pemimpin secara langsung.
c.
Kepemimpinan
yang menggunakan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat
memerintah bawahan, tetapi juga dapat mempengaruhi bawahan dalam menentukan
cara bagaimana tugas itu di laksanakan dengan tepat.
2.
Model-Model Kepemimpinan
Pada dasarnya
seorang pemimpin melakukan kegiatanya dalam membibing, mengarahkan,
mempengaruhi, menggerakkan para pengikutnya dalam rangka mencapai tujuan.Untuk
itu diperlukan kefektifan dalam memimpin, semua itu tergantung dari model
kepemimpinan yang di terapkan oleh pemimpin tersebut.
Anoraga,
(2003:7-8) membagi model atau gaya kepemimpinan menjadi tiga jenis yaitu:
a.
Kepemimpinan
otokratik yaitu kepemimpinan yang berdasarkan atas kekuasaan mutlak
segala keputusan berada di satu tangan. Model kepemimpinan ini sering membuat
pengikutnya tidak senang dan sering frustasi.
b.
Kepemimpinan
Demokratik yaitu kepemimpinan berdasarkan demokrasi, dalam arti bukan di
pilihnya si pemimpin itu secara demokratik melainkan cara yang dilaksanakan
pemimpin yang demokratik. Sipemimpin melaksanakan kegiatan sedemikian rupa
sehigga setiap hasil keputusan merupakan hasil musyawarah
c.
Kepemimpinan
Bebas yaitu seorang pemimpin sebagai penonton bersifat fasif.
B. Tinjauan Teoritis Tentang Komunikasi
1.
Pengertian Komunikasi
Sebagai makhluk
sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya.Ia ingin
mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi
dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia untuk berkomunikasi
(Cangara, 2009:1).
Istilah
komunikasi dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan communication, berasal
dari communicatio atau dari kata communis yang berarti sama atau
sama maknanya atau pengertian bersama, dengan maksud untuk mengubah pikiran,
sikap, prilaku, penerima dan melaksanakan apa yang di inginkan oleh komunikator
(Widjaja, 2008:8)
Dalam garis
besarnya komunikasi mempunyai pengertian proses pertukaran informasi, biasanya
melalui sistem simbol yang berlaku umum dengan kualitas yang bervariasi (Mufid,
2005:3). Sedangkan menurut Mulyana (2010:69) komunikasi adalah proses dimana
suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud
untuk mengubah tingkah laku mereka.
Sementara
Cangara (2009:19-20) mendefinisikan, komunikasi adalah suatu transaksi, proses
simbolik yang menghendaki orang-orang, mengatur lingkungannya dengan membangun
hubungan antar sesama manusia melalui pertukaran informasi untuk menguatkan
sikap dan tingkah laku orang lain serta berusaha mengubah sikap dan tingkah
laku itu.
Berdasarkan
beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwasannya komunikasi merupakan
alat dalam menyampaikan sesuatu atau pesan yang akan kita sampaikan kepada
orang lain dengan tujuan agar orang lain memahami apa yang kita maksud. Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi
setidaknya mengisyaratkan betapa pentingnya komunikasi karena dengan komunikasi
manusia dapat membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan
hidup, untuk memperoleh kebahagian, terhindar dari tekanan dan keraguan dan
lewat komunikasi manusia bisa berhubungan dengan orang lain.
Dalam hal ini,
Liliweri (2010:v) mengatakan komunikasi memegang peranan yang sangat penting
dalam setiap kehidupan manusia. Artinya, manusia memerlukan komunikasi dengan
lingkungan sekitarnya, dan sekaligus hendak mengkomunikasikan apa yang menjadi
keinginanannya kepada berbagai pihak, baik kepada induvidu, masyarakat maupun
kepada Tuhan. Dengan komunikasi, manusia bisa menyatakan apa yang akan disampaikan.
2.
Proses Komunikasi
Handoko
(2003:273) mendefinisikan proses komunikasi yang paling sederhana adalah
terdiri dari pengirim, berita dan penerima. Sedangkan menurut Widjaja
(2008:11-12) bahwasanya dalam bahasa komunikasi terdiri dari beberapa komponen yaitu: a) Source
(sumber); b). Communicator (penyampai pesan); c).Message
(pesan); d).Communican (penerima pesan); e).Effect
(hasil)
Begitupun Bungin (2006:259) melakukan proses
komunukasi melalui beberapa unsur yaitu:
a.
Ideation,
yaitu proses penciptaan gagasan atau pemilihan seperangkat
informasi untuk dikomunikasikan.
b.
Encoding, yaitu menerjemahkan informasi atau gagasan pada kata-kata,
tanda-tanda atau lambang-lambang untuk menciptakan efek terhadap orang lain.
c.
Penyampaian pesan yang telah disandi (encode)
dengan cara berbicara, menulis, menggambar, ataupun melalui suatu tindakan
tertentu.
d.
Penerima
pesan yang akan memberikan feedback atau umpan balik yang memungkinkan
sumber mempertimbangkan kembali isi pesan yang telah disampaikan.
Dalam hal ini
Effendi (2009:11) mengklasifikasikan proses komunikasi menjadi dua tahap yaitu:
a.
Proses
komunikasi secara primer yaitu proses
penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses
komuniakasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang
secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada
komunikan.
b.
Proses
komunikasi secara skunder yaitu proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau
sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama
dikarenakan komunikan berada di tempat yang jauh. Biasanya melalui surat,
telefon, surat kabar, majalah, radio, televisi, filem dan sebagainya.
Dari penjelasan
diatas terlihat redaksi yang berbeda, namun pada intinya esensi dari proses
komunikasi adalah bagaimana seorang komunikator menyampaikan sebuah informasi
atau pesan melalui proses komunikasi yang dapat diterima oleh seorang
komunikan.
3.
Model-model Komunikasi
Menurut Mulyana(2010:143)Model komunikasi
adalah reflika dari sebuah komunikasi sebagai model dragmatik dari dunia nyata. sedangkan
Stewart L. Tubbs dan Syilvia Moss dalam buku Human Communication yang
dikutip oleh Bungin (2009:257) menjelaskan tiga model komunikasi yaitu:
a.
Model
komunikasi linier, yaitu model
komunikasi satu arah (one-way view of communication) dimana komunikator
memberikan stimulus dan komunikan memberikan respons atau tanggapan yang di
harapkan.
b.
Model
komunikasi dua arah, yaitu model
komunikasi interaksional yang merupakan kelanjutan dari pendekatan linier.
Pada model ini terjadi komunikasi umpan balik (feedback) gagasan. Ada
pengirim (sender) dan penerima (receiver) yang akan melakukan
seleksi dan memberikan respons balik terhadap pesan dari pengirim.
c.
Model
komunikasi transaksional, yaitu
komunikasi hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship) di
antara dua orang atau lebih. Proses komunikasi ini menekankan semua prilaku
adalah komunikatif dan masing-masing pihak yang terlibat dalam komunikasi yang
memiliki konten pesan dan saling bertukar dalam berinteraksi.
C.
Tinjauan Teoritis Tentang Komunikasi Organisasi
1.
Pengertian Organisasi
Organisasi
secara harfiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainya saling
bergantung (Effendi, 2009:114). Liliweri (2010:240) mendefinisikan organisasi
dapat di artikan sebagai sebuah bentuk kerja sama antar manusia yang
terkoordinasi untuk melaksanakan aktivitas induvidual secara kelompok
berdasarkan kesepakatan tertentu.
Sedangkan
menurut Handoko, (2003:167) Kata organisasi mempunyai dua pengertian
umum.Pengertian pertama menandakan suatu lembaga atau kelompok
fungsional, seperti organisasi perusahaan, rumah sakit, perwakilan pemerintah
atau suatu perkumpulan olahraga. Pengertian kedua berkenaan dengan proses
pengorganisasian, sebagai suatu cara dalam kegiatan organisasi di
alokasikan dan di tugaskan diantara para anggotanya agartujuan organisasi dapat
tercapai dengan efisien. Organisasi dapat menjalankan aktivitas secara baik
dikarenakan unsur-unsur pendukung bekerja secara terpadu. (Wahyudi, 2008:7)
Ada lima unsur
yang membentuk organisasi sebagai sistem (Liliweri, 2010:240), yaitu:
a.
Orang
yang bekerja dalam organisasi
b.
Penetapan
tugas oleh organisasi
c.
Teknologi
untuk memperlancar tugas
d.
Struktur
yang menunjang jenis pekerjaan dan mengatur intrelasi antar karyawan
e.
Lingkungan
tempat organisasi itu berada
Dari beberapa
defenisi di atas dapat di simpulkan bahwasannya organisasi merupakan suatu
perkumpulan atau suatu kelompok yang terbentuk dari berapa orang dengan bebagai
struktur yang ada didalamnya guna mencapai tujuan bersama.
2.
Macam-Macam Organisasi
Ada dua jenis
organisasi yang ada dalam kehidupan masyarakat.
Pertama, Organisasi
Sosial yaitu organisasi yang diciptakan secara tidak sengaja yang merujuk
pada interaksi sosial dan regularitas yang teramati serta prilaku soaial yang
disebabkan oleh situasi. Adanya pola
regularitas dalam interaksi sosial mengisyaratkan bahwa terdapat hubungan
antara orang-orang yang mentransformasikan mereka dari suatu kumpulan induvidu
kelompok orang atau dari sejumlah kelompok menjadi suatu sistem sosial (Face
dkk,1998:41-42) Misalnya para suporter club sepak bola yang berada dalam satu
tempat itu merupakan suatu organisasi sosial.
Kedua, Organisasi
Formal yaitu organisasi yang didirikan dengan sengaja untuk tujuan-tujuan
tertentu yang mana pencapaian tujuan tersebut memerlukan tujuan bersama dan
akan terbentuk sebuah sistem organisasi (Face dkk, 1998:44).
3.
Pengertian Komunikasi Organisasi
Setelah
membahas tentetang pengertian komunikasi dan organisasi maka dapat disimpul
bahwa komunikasi organisasi secara garis besar mempunyai dua defenisi yaitu
definisi fungsional dan definisi interpretif.
Secara
fungsional komunikasi organisasi dapat di defenisikan sebagai pertujukan dan
penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagiab dari
suatu organisasi tertentu. Sedangkan secara interpretif komunikasi organisasi
dapat di artikan sebagai proses penciptaan makna atas interaksi yang merupakan
organisasi (Face dkk. 1998:31 dan 33)
D.
Tinjauan Teoritis Tentang Kepemimpinan dan Pola Komunikasi Organisasi
1.
Kepemimpinan dalam Organisasi
Kepemimpinan
pasti tidak akan terlepas dari sebuah organisasi yang mana kedua komponen
tersebut merupakan dua komponen yang saling melengkapi. Antara kepemimpinan dengan budaya organisasi memiliki
hubungan yang sangat erat.Kepemimpinan dan budaya organisasi merupakan fenomena
yang sangat bergantung, sebab setiap aspek dari kepemimpinan akhirnya membentuk
budaya organisasi (http://dansite.wordpress.com/2011/03/22/hubungan-antarakepemimpinan-dengan-budaya-organisasi.
Diakses 08 November 2011).
Anoraga
(2003:25) mengatakan bahwa
kepemimpinan (leadership) merupakan inti dari pada sebuah organisasi
karena kepemimpinan merupakan penggerak suatu organisasi. Hal ini dapat
disimpulkan bahwasannya keberadaan seorang pemimpin dalam sebuah organisasi
merupakan hal yang sangat inti karena sukses atau gagalnya suatu organisasi
ditentukan oleh kualitas kualitas kepemimpinan dalam organisasi tersebut.
Istilah
kepemimpinan dalam sebuah organisasi berkaitan dengan proses yang di sengaja
dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain untuk
membimbing, membuat struktur, memfasilitasi aktivitas dan hubungan dalam sebuah
organisasi (Yulk, 2001:3).
Dalam hal ini
kemampuan seseorang dalam memimpin merupakan hal yang paling utama terhadap
keefektifan pribadi maupun organisasional. Jika daya kepemimpinannya dalam
sebuah organisasi kuat, maka katubnya akan terbuka lebar. Namun sebaliknya jika
maka keberhasilan dalam sebuah organisasi akan terbatas (maxwell, 2001:39).
Handoko
(2003:299) menjelaskan, ada dua fungsi dari sebuah kepemimpinan dalam sebuah
organisasi.Pertama, fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (taks-related)
atau pemecahan masalah.Kedua, funngsi-fungsi pemeliharaan kelompok (group-maintenance)
atau sosial.Fungsi pertama menyangkut pemberian saran penyelesaian, informasi
dan pendapat.Fungsi kedua mencakup segala sesuatu yang membantu kelompok
berjalan lebih lancar.
2.
Pola Komunikasi Dalam Organisasi
Mengenai pola
komunikasi dalam sebuah organisasi Face dkk (1998:34) mengatakan bahwa
komunikasi adalah hal terpenting bagi eksitensi organisasi dan berperannya
lebih banyak dari pada sekedar melaksanakan rencana-rencana.Karena organisasi
diciptakan, dipertahankan dan di transformasikan melalui komunikasi.
Dalam hal ini,
Effendi (2009:122-124) menjelaskan dimensi-dimensi komunikasi dalam organisasi
yaitu dimensi komunikasi internal yang terdiri dari:
a.
Komunikasi
vertikal yaitu, komunikasi dari atas ke
bawah (downward communication) dan dari bawah ke atas (upward
communication) adalah komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari
bawahan kepada pimpinan secara timbal balik (two-way traffic communication).
Dalam komunikasi vertikal ini, pimpinan memberikan intruksi-intruksi,
petunjuk-petunjuk, informas-informasi, penjelasan-penjelasan dan lain-lain
kepada bawahannya dan bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran dan
sebagainya kepada pimpinan.
b.
Komunikasi
horizontal, yaitu
komunikasi secara mendatar, anggota staf dengan anggota staf, karyawan sesama
karyawan, dan sebagainya. Komunikasi ini berbeda dengan komunikasi vertikal
yang sifatnya formal, karena komunikasi ini bisa dilakukan secara tidak formal
seperti komunikasi diluar kerja.
3.
Korelasi antara Kepemimpinan dan Pola Komunikasi
Dalam sebuah
organisasi, komunikasi mempunyai peranan dalam yang signifikan dalam menentukan
sukses tidaknya sebuah organisasi, terutama komunikasi seorang pemimpin kepada
para anggotanya.Mengenai hubungan kepemimpinan dengan pola komunikasi.
Mengenai
organisasi dengan komunikasi, William V. Hanney dalam sebuah bukunya, Communication
and Organizational Behavior, yang dikutip oleh Effendi (2009:116)
mengatakan bahwasannya organisasi terdiri atas sejumlah orang, ia melibatkan
keadaan saling bergantung dan kebergantungan memerlukan kordinasi, koordinasi
mensyaratkan komunikasi.
Seorang
pemimpin sebagai komunkator dalam sebuah organisasi mempunyai peranan dalam
menyampaikan berbagai informasi antara lain:
a.
Peranan
sebagai monitor, yaitu
pemimpin selalu mengajukan pertanyaan kepada bawahannya untuk mendapatkan
berbagai infornasi.
b.
Peranan
sebagai penyebar, yaitu pemimpin
selalu menyampaikan informasi mengenai organisasinya kepada khal layak luar.
c.
Peranan sebagai juru bicara, yaitu
pemimpin juga mengkomunikasikan informasi kepada kepada khal layak.
Sebagai komunikator, seorang pemimpin dalam sebuah organisasi harus memilih
salah satu berbagai metode dan teknik komunikasi yang disesuaikan dengan
situasi pada waktu komunikasi dilancarkan. Sebagai komunikator, seorang
pemimpin harus menyesuaikan penyampaian pesannya kepada peranannya yang sedang
dilakukannya.
E.
Penelitian
Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang membahas tentang kepemimpianan dan pola organisasi
adalah:
1.
POLA KOMINIKASI ORGANISASI (Studi Kasus Pola Komunikasi
Antara Pimpinan Dan Karyawan Di Radio Kota Perak Yogyakarta) yang ditulis oleh Muzawwir Kholiq. Dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa proses
komunikasi dalam suatu organisasi merupakan hal penyambung informasi antara
pemimpin (manejer) dan yang dipimpin (karayawan) yang diaplikasikan di radio kota perak yogyakarta).
2. Kepemimpinan Dan Komunikasi Organisasi Sebagai Factor Penentu Prestasi
Kerja Karyawan yang
ditulis oleh Romdoni. Dalam penelitian ini menyimpulkan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa
ada pengaruh signifikan dari kemimpinan dan komunikasi organisasi terhadap
prestasi kerja karyawan dibuktikan dengan Fhitung (48,862) > Ftabel (3,133), ada pengaruh yang
signifikan terhadap pengaruh prestasi karyawan sebesar Thitung (4,062) > t table (1,996), ada
pengaruh yang signifikan dari kominikasi dan organisasi terhaap prestasi kerja
karyawan sebesar t htiung (7,324) > t table (1,996, dan variable komunikasi
organisasi memiliki pengaruh yang dominan terhadap pengaruh prestasi karyawan
sebesar 0,600.
3. POLA KOMUNIKASI ORGANISASI DAN EMPLOYEE
RELATIONS Studi Korelasional Tentang
Pola Komunikasi Organisasi dalam
Employee Relations pada PT. FIF cabang SPEKTRA Medan) yang di tulis oleh Asrul Efendi. Dalam
penelitian ini menyimpulkan Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien
korelasi sebesar 0,877 antara variabel pola komunikasi organisasi (X) dan
variabel employee relations (Y), yang
berarti bahwa hubungan menunjukkan
korelasi sangat tinggi/ kuat sekali. Hubungan tersebut juga signifikan
pada taraf kepercayaan 95%, dan diperoleh kesimpulan bahwa, pengaruh pola
komunikasi organisasi terhadap employee
relations sebesar 76,91%, dan sisanya 23,09% ditentukan oleh variabel lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini.
4. KEPEMIMPINAN ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA
(Studi Deskriptif dalam Kajian Komunikasi Organisasi di PT. Panca Pilar Tangguh
Medan) yang di tulis oleh Janwardi Purba. Dalam penelitian ini menyimpulkan Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
kepemimpinaPanca Pilar Tangguh Medan memiliki peranan penting memotivasi
para karyawan sehingga mereka bisa mengh
sebaik mungkin untuk mencapai tujuan perusahaan.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Sesuai
dengan judul, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi
kasus.Peneliti harus melakukanobservasi, wawancara ataupun diskusi langsung
dengan informan yaitu anggota majelis kiai yang ada di Al-Amien Prenduan serta
mengamati langsung pada objek yang diteliti guna mengumpulkan data yang
valid.Sehingga peneliti bisa mendapatkan informasi yang jelas sesuai dengan
kondisi di lapangan.Sedangkan pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah
kualitatif. Adapun yang maksud dengan “pendekatan kualitatif adalah penelitian
yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan dan lain sebagainya secara holistik dan dengan cara desktiptif dalam
bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah” (Moleong, 2009:6).
B. Tempat Penelitian
Penelitian
ini bertempat di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep.
C. Sumber Data
Sumber
data dalam penelitian ini adalah hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.
Informan yang akan diwawancarai adalah seluruh dewan riasah yang terlibat dalam
organisasi yang berada di majlis kiai Al-Amien Prenduan seperti: KH.
Muhammad Idris Jauhari, KH. Maktum
Jauhari, MA., sebagai wakil pengasuh/pimpinan, KH. Moh. Zainullah Rois, Lc.,
sebagai sekretaris, KH. Moh. Khoiri Husni, S.Pd.I., sebagai bendahara, KH.
Fauzi Rosul, Lc.dan Dr. KH. Ahmad Fauzi Tijani, MA., sebagai anggota. Dari
merekalah, peneliti akan menggali informasi seluas-seluasnya bagaimana model
kepemimpinan kolektif yang bersifat transformasional dan kohesif serta pola komunikasi antar anngota majelis kiai
dalam berorganisasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk
mendapatkan data yang kongkrit, peneliti harus menggunakan metode pengumpulan
data sebagai berikut:
1. Metode Interview atau Wawancara
Wawancara
merupakan salah satu jenis alat pengumpulan data yang akan di gunakan peneliti
dengan cara tanya jawab secara lisan yang dilakukan langsung ke sumber
informasi. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan wawancara terstruktur
artinya pertanyaan disusun terlebih dahulu dengan rapi dan ketat. Menurut
Moleong (2009:186) menyatakan bahwa “wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu”.
Informan
yang yang akan diwawancarai adalah
seluruh anngota majlis kiai Al-Amien Prenduan.
2. Metode Observasi
Peneliti
menggunakan metode ini untuk memperkuat data, terutama aktifitas majelis kiai
sebagai anggota organisasi dewan riasah serta sebagai pimpinan lembaga yang ada
di pondok Pesantren Al-Amien Prenduan.Sehingga data dari hasil wawancara dapat
dibenarkan dengan kenyataan yang terjadi melalui observasi yang dilakukan peneliti.
Adapun
observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah mengikuti serta mengamati proses
rapat selasaan yang diadakan setiap hari selasa guna memperoleh data yang
sesuai dengan apa yang dinyatakan informan, kemudian peneliti juga mengamati
kegiatan-kegiatan anggota majelis kiai sebagai pengasuh dilembaga
masing-masing.
3.
Metode
Dokumentasi
Dokumentasi
dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip atau
dokumen di tempat penelitian yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut.Sehingga
dokumen ini dapat memperkuat data yang dikumpulkan peneliti.
Menurut
Arikunto (2006:231) menyatakan “dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya”.
Dalam
penelitian ini, yang peneliti maksud dengan dokumen penelitian adalah struktur ke anggotaan organisasi majelis kiai
Al-Amien Prenduan, program-program serta foto-foto kegiatan dalam organisasi di
majlis kiai Al-Amien Prenduan.
E. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Adapun teknik
pemeriksaan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Membaca
buku atau hasil penelitian terdahulu
Peneliti akan
mencari dan membaca buku-buku dari hasil penelitian orang terdahulu yang mirip
dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan peneliti untuk menambah wawasan dan
pengetahuan sehingga dapat membandingkannya dengan hasil penelitian lain.
2. Melakukan
diskusi dengan pihak lain
Diskusi
dilakukan agar data yang diperoleh sesuai dengan kenyataan yang ada di
lapangan. Selain itu juga untuk menambah informasi bagi peneliti yang bersumber
dari pihak lain. Sehingga informasi yang didapatkan tidak hanya dari satu
pihak.Dalam hal ini peneliti
memperkuat data dengan banyak bertanya dengan pihak yang terikat dengan majelis
kiai.
3. Triangulasi
“Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk kepentingan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data ini. Teknik yang paling banyak digunakan
ialah pemeriksaan melalui sumber data lain” (Moleong, 2009:330). Dalam hal ini
peneliti akan membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara dan
juga akan membandingkan wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Peneliti disini menggunakan dua cara yaitu yang pertama membandingkan sumber
data dengan sumber data yang lain.
Yang kedua membandingkan hasil
wawancara dengan hasil observasi. Karena kedua cara ini lebih tepat dengan
judul yang akan diteliti dan sesuai dengan jenis penelitian yaitu studi kasus.Tidak
hanya itu, cara ini juga dapat memudahkan peneliti untuk penelitiannya karena
sumber tersebut mudah untuk didapatkan.
F. Teknik Analisis Data
Menurut
Bogdan yang dikutip oleh Rusli (2010:180) menyatakan bahwasannya “analisis data
adalah merupakan sebuah proses mencari serta menyusun secara sistematis dan
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya
sehingga mudah dipahami agar dapat di informasikan kepada orang lain”. Data
dalam penelitian ini pada hakekatnya berupa kata-kata, kalimat-kalimat dan
bentuk narasi yang bersifat deskriptif.
1. Pengumpulan Data
Data yang akan
dikumpulkan akan berasal dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi kepada
responden majelis kiai Al-Amien Prenduan.
2. Reduksi Data
Menurut Patilima
yang dikutip oleh Rusli (2010:183) menyatakan bahwa “reduksi data adalah proses
analisis untuk memilih, memusatkan perhatian, menyederhanakan, mengabtraksikan,
serta mentranformasikan data yang muncul dari catatan lapangan”. Dalam mereduksi
data penulis akan membuat rangkuman inti. Adapun proses dan
pertanyaan-pertanyaan harus dijaga agar tetap asli dan sesuai dengan informasi
yang mudah diterima dari sumber data.
3. Display Data
Display data
atau penyajian data dilakukan dengan menyusun informasi catatan lapangan dan
dokumen-dokumen yang diperoleh secara sistematis berdasarkan instrumen yang
digunakan, sehingga penyajian data ini berubah menjadi informasi yang mudah
diterima oleh pembaca (Rusli, 2010:193).
4. Penarikan Kesimpulan
Untuk menarik
kesimpulan, maka data yang tersaji dalam bentuk informasi, kemudian dianalisis
secara terus-menerus dan berkesinambungan, agar dapat menghasilkan kesimpulan
yang dapat menggambarkan suatu pola hubungan tentang peristiwa-peristiwa
terjadi.
BAB
IV
PAPARAN
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan paparan data dan temuan-temuan lapangan
selama penelitian dilakukan serta pembahasan hasil penelitian untuk memperoleh
makna dan hakikat yang mendasari temuan tersebut.
A.
Paparan Data
Proses pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi. Kemudian reduksi data dilakukan untuk menyederhanakan dan
memfokuskan masalah dengan cara mengileminasi data yang relevan dan yang tidak
berkorelasi dengan fokus. Selanjutnya disajikan paparan data dan temuan
penelitian yang merupakan susunan informasi dan hasil penelitian. Berikut akan
dipaparkan data-data yang ditemukan selama penelitian dilakukan. Dimulai dengan
sekilas tentang tentang Pondok Pesantren Al-Amien, pemaparan sistem kepemimpinan
di majelis kiai Al-Amien Prenduan lalu dilanjutkan dengan pola komunikasi organisasi
majelis kiai Al-Amien Prenduan.
1.
Sekilas Tentang Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan
a.
Letak Geografis Pondok
Pesantren Al-Amien Prenduan
Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan terletak berpusat di Desa
Pragaan Laok, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur.Lokasi
pondok Pesantren Al-Amien seluas k.l 20 ha, saat ini menyebar di Desa Pragaan
Laok dan Desa Prenduan. Al-Amien Prenduan adalah lembaga yang berbentuk dan
berjiwa Pondok Pesantren yang bergerak dalam lapangan pendidikan, dakwah,
kaderisasi, ekonomi, sekaligus menjadi pusat studi Islam, dengan mengembagkan sistem-sistem
yang inovatif, tapi berakar pada buda sa-Salafas-Sholeh.
Pondok pesantern Al-Amien merupakan lembaga yang berbentuk dan
berjiwa pesantren serta bergerak dalam bedang pendidikan, dakwah kaderisasi,
ekonomi dan pusdilam. Sampai saat ini
pondok pesantren Al-Amien Prenduan telah mendirikan berbagai lembaga pendidikan
yaitu: PAUD, TK, Madrasah Diniyah (MD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah
Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) Sekolah menengah Kejuruan (SMK),
Tarbiyaatul Mu’allimin Al-Islamiyah (TMI), SMP, SMA, dan MAK Tahfizdul Qur’an
(MTA), serta Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien IDIA Prenduan (IDIA) yang
memiliki tiga fakultas dan enam jurusan. Pada Tahun 2010 Pondok Pesantren
Al-Amien Prenduan mendirikan Ma’had Salafi yang bertempat di Al-Amien III
Pondok Pesantren Al-Hikmah Desa KapediKec.Bluto.
Pondok Pesantren ini merupakan lembaga yang independen dan netral,
tidak berafialisasi kepada salah satu golongan atau partai polotik apapun.
Seluruh aset dan kekayaan Pondok Pesantren Al-Amien telah diwakafkan kepada
umat islam dan dikelola secara kolektif oleh badan wakaf yang disebut “Majelis
Kiai”. Untuk melaksanakan tugas sehari-hari, majelis kiai mendirikan sebua
yayasan yang memiliki badan hukum dan telah terdaftar secara resmi pada kantor
pengadilan Sumenep (warkat 2012:).
2.
Organisasi Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan
Dalam mengembangkan visi dan misinya, Pondok Pesantren Al-Amien
Prenduan dikembangkan secara bersamaoleh beberapa organisasi yang mana
organisasi tesebut dikelola oleh kiai-kiai maupun oleh para asatid yang ada di
Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan. Ada beberapa organisasi Al-Amien Prenduan
diantaranya:
a.
Dewan Riasah/Majelis Kiai Al-Amien Prenduan
Konsepsi kepemimpinan dalam sebuah organisasi menjadi hal penting
yang harus diperhatikan.Hal itu karena kepemimpinan adalah dinamika sosial yang
yang didalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan yang
dipimpin untuk mencapai tujuan bersama.Dalam beberapa literatur disebutkan
betapa kepemimpinan berpengaruh besar dalam mencapai kesuksesan sebuah
organisasi.
Karenanya, Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan ini di bentuk sebuah sistem
kepemimpinan kolektif yang. Dengan kepemimpinan seperti ini Pondok Pesantren
Al-Amien diharapkan timbul kerja sama yang baik dalam mewujudkan cita-cita
bersama dengan mentransformasikan nilai-nilai yang dianut untuk mendukung visi
dan misi tujuan pondok Pesantren. Untuk itu dibentuklah lembaga tertinggi di
Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan ini yang disebut dengan istilah Dewan Riasah
atau Majelis Kiai.
Dewan riasah ini diresmikan pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal 1427 H
(11 April 2006) Dengan adanya organisasi ini Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan
memiliki kapasitas dan kapabilitas yang tinggi yang mampu memimpin dengan penuh
amanah dan keihklasan yang tulus.Serta memiliki karakter pengaruh karismatik,
pendorong yang inspiratif dan kepekaan merasakan.
Dewan riasah atau majelis kiai ini terdiri dari kiai-kiai ssenior
yang ada di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan sehingga di Majelis Kiai
Al-Amien membentuk sebuah strktur guna melancarkan kinerja dari Majelis Kiai
Pondok Pesantren Al-Amien.Oleh karena itulah Majelis Kiai membentuk struktur
dengan formasi sebagai berikut:
1.
KH.
Muhammad Idris Jauhari., sebagai ketua sekaligus pengasuh dan pimpinan Pondok
Pesantren Al-Amien Prenduan.
2.
KH.
Maktum Jauhari, MA., sebagai wakil ketua dan pengasuh/pimpinan sekaligus Rektor
IDIA Prenduan.
3.
KH.
Zainullah Roiz, Lc., sebagai sekretaris sekaligus pengsuh TMI Al-Amien Prenduan.
4.
KH.
Moh. Khoiri Husni, S.Pd.I., sebagai bendahara sekaligus pengasuh MTA Al-Amien
Prenduan.
5.
KH.
Fauzi Rasul, Lc., sebagai anggota sekaligus pengasuh Ma’had Salafy Al-Amien III
Kapedi
6.
KH.
Moh. Bahri As’ad, S.Pd.I., sebagai anggota sekaligus Pondok Pesantren Al-Amien
Putri I.
7.
Dr.
KH. Ahmad Fauzi Tijani, MA., sebagai anggota sekaligus wakil rector IDIA
Prenduan.
b.
Majelis A’wan
Pondok Pesantren Al-Amien juga mendirikan sebuah organisasi badan
pembantu dan pendamping Majelis Kiai yang disebut dengan Majelis A’wan. Selain
menjadi pengawas, mediator dan konsultan bagi pengurus Pondok Pesantren
Al-Amien Prenduan, Majelis A’wan juga berperan aktif dalam dunia pendidikan
sebagai pimpinan, mudir atau pengarus dibeberapa lembaga yang berada dibawah
naungan Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan. Diantaranya sebagai Mudir Ma’had
TMI, Mudir Ma’had MTA, Mudir Ma’had IDIA, Mudir Ma’han Tegal dan lain-lain.
Majelis A’wan yang terdiri dari kiai junior ini merupakan kader
teras di lingkungan keluarga besar Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan.Mereka
adalah putra kiai atau menantu kiai, serta beberapa guru senior. Adapun susunan
anggota majelis A’wan adalah:
1.
KH.
Moh. Marzuki Ma’ruf, sebagai ketua Yayasan Al-Al-Amien Prenduan.
2.
KH.
Fadli Fatrah, S.Sos.I, sebagai Ketua Badan Pengawas.
3.
KH.
Bagus Amirullah, M.Sy, sebagai wakil ketua Badan Pengawas.
4.
Drs.
KH. Saifurrahman Nawawi, sebagai Konsultan Sekretariat Yayasan Al-Amien
Prenduan.
5.
KH.
Moh. Fikri Husein, MA, sebagai Mudir Ma’had IDIA Putri.
6.
Drs.
Ja’far Shodiq, MM., sebagai Koordinator Harian (KOHAR).
7.
KH.
Saifuddin Qudsi, SHI, MA, sebagai Kepala Madrasah Aliyah Putri I Al-Amien
Prenduan.
8.
KH.
Muhajiri Musyhab, sebagai Pengasuh Pondok Tegal Al-Amien Prenduan.
9.
K.
Abdul Wahid, MHI, sebagai Wakil Pengasuh Pondok Tegal Al-Amien Prenduan.
10.
KH.
Abdullah Zaini, Lc.Q, sebagai Mudir Ma’had MTA Putri.
11.
Muthadi
Mun’im, MA, sebagai Mudir Ma’had MTA Putra.
12.
KH.
Ghozi Mubarok, MA, sebagai Naib Mudir ‘Aam MTA.
13.
KH.
Bashtomi Tibyan, S.Pd.I, sebagai Mudir Ma’had Salafiyah Al-Amien III.
14.
K.
Abdul Warist, S.Pd.I, sebagai Mudir Ma’had TMI Putra.
15.
Ust.
Musleh Wahid, S.Pd.I, sebagai Mudir Ma’had TMI Putri.
16.
KH.
Ach. Sobri Shiddiq, S.Pd.I, sebagai Naib
Mudir Ma’had Tegal Al-Amien Prenduan.
17.
KH.
Drs. Abdurrahman As’ad, sebagai Wakil Ketua Yayasan Al-Amien Prenduan.
18.
K.
Abdul Qodir Jailani, M.Pd.I, sebagai Mudir Ma’had IDIA Putra.
19.
Ust.
Iwan Kuswandi, sebagai Direktur Pusdilam
20.
KH.
Mujammi’ Abd. Musyfi, Lc, sebagai Mudir Ma’had ‘Aly IDIA Prenduan
Dalam prakteknya Majelis A’wan ini
tidak hanya bertugas sebagai pengganti
atau pengurus, tapi juga pembantu kinerja dan tugas-tugas Majelis Kiai. Majelis
A’wan ini juga turut memberikan kontribusi dan dedikasi yang tinggi dalam
pelaksanaan tugas-tugas kependidikan maupun manajerial sesuai dengan
posisinyamasing-masing.
c.
Kordinator Harian (KOHAR)
Selain itu, untuk lebih mengintensifkan kinerja Dewan Riasah dalam
melaksanakan tugasnya Dewan Riasah membentuk koordinator harian (Kohar) atau
pembantu umum.Koordinator Harian inilah yang berfungsi sebagai mediator, kepada
pengurus yayasan dan lembaga-lembaga yang ada dilingkungan Pondok Pesantren
Al-Amien Prenduan. Adapun formasi Kordinator Harian pada tahun ini adalah
sebagai berikut:
1.
KH.
Drs. Ja’far Shodiq, MM sebagai ketua.
2.
Ust.
Fitrah Sugiarto, S.Th.I sebagai wakil ketua.
3.
Ust.
Ihsan Ilahi dan Ust. Syamhadi sebagai sekretaris
4.
Ust.
Bahiruddin sebagai bendahara.
5.
Ust.
Syamsul Arifin dan Ust. Khurrozi sebagai Bag. Rumah Tangga.
d.
Yayasan Al-Amien Prenduan (YAP)
Yaysan Al-Amien Prenduan (YAP) membawahi 6 lembaga/institusi
Pendidikan yaitu: Pondok Tegal (Pa), Pondok Putri I (Pi), TMI (Pa-Pi), MTA
(Pa-Pi), IDIA (Pa-Pi) dan Ma’had Salfi (Pa). lembaga ini bergerak dalam bidang
keagamaan, sosial, dan kemanisian sesuai dengan tujuan pendirianya.
Adapun struktur dan formasi pengurus Yayasan Al-Amien Prenduan
adalah sebabagai berikut, Ketua: KH. Muhammad Marzuki Ma’ruf, Wakil
Ketua: KH. Drs. Abd. Rahman As’ad, Kepala Biro Pendidikan dan
Pemberdayaan:KH. Umar Faruq, Lc, Kepala Biro Dakwah dan Pengembangan
Masyarakat:Ust. Zainal Abidin, S.Sos.I, Kepala Biro Alumni dan
Kaderisasi: Ust. Muslih Wahid, S.Pd.I, Kepala Biro Ekonomi dan Sarana: Ust.
H. Mu’azd Rasyid, S.Sos.I (WARKAT, 2010-2011:7)
1.
Biro Pendidikan
Biro Pendidikan dan Pembudayaan adalah salah satu biro di Yayasan
Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan yang berfungsi sebagai penanggung jawab
pelaksana program pendidikan di pondok ini, mulai dari tngkat dasar hingga
perguruan tinngi
Biro Pendidikan dan Pembudayaan ini mempunyai tiga divisi,.ketigadivisi
tersebut adalah: Koordinator Guru Master (Pengembangan Kurikulum), Koordinator
Majelis Pertimabangan Organisasi (MPO) dan Markazul Lughat (Pengembangan
Bahasa). Adapun struktur dari Biro Pendidikan adalah: Kepala:K. Umar
Faruk Lc, Wakil: Ust. H. Nurhasan, Lc, S.Th.I, Sekretaris: Ust. Ust.
Husnul Mubarok.Kordinator GM. Ketua: Ust. Nurhasan Wahyudi, Lc, Wakil:
Ust. Ali Mufi, Lc, Sekretaris: Ust Endang Suhendar As. Koordinator
MPO. Ketua: Ust. Zulfikar Ali, S.Sos.I, Wakil: Ust. Moh. Rizziq,
S.Pd.I. Markazul Lughat. Ketua: Ust. Adam Malik, Wakil: Ust.
Zainuddin.Sekretaris dan Bendahara: Ust. Muzayin (WARKAT, 2010-
2011:12).
2.
Biro Dakwah dan Pengabdian Masyarakat
Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan juga mendirikan suatu lembaga
yang bergerak dibidang dakwah dan pemberdayaan masyarakat yang disebut Biro
Dakwah dan Pemberdayaan Masyarakat.Biro ini benar-benar menjadi ujung tombak
Al-Amien dalam realisasi misi dakwah baik secara konseptual maupun
oprasional.Biro Dakwah dan Pemberdayaan Masyarakat telah membentuk tiga divisi
dalam menjalankan dakwah dan memberdayakan masyarakat. Ketiga divisi itu antara
lain: Takmir Masjid, Radio Suara Dakwah Al-Amien Prenduan (RASDA) dan lembaga
Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM).
Adapun struktur dari lambaga Biro Dakwah yaitu: Kepala
Biro: Ust. Zainal Abidin, S.Sos.I, Waka Biro: Ust. Muholis Rosyidi, Sekertaris
dan Bendahara: Ust. Akmil Wathoni. Devisi Ta’mir Masjid,Ketua Ta’mir:
Ust. Said Amin, S.Pd.I Sekretaris dan Bendahara: Ust. Ikhwan Amali.Devisi
Rasda FM, Manager: Ust. Rudi Hartono, S.Sos.ISekretaris: Ust. Izzat
Aini, Bendahara: Ust. Zubaidi Hasan, Devisi LPPM, Ketua: Ust.
Moh. Ghufron Cholid, S.Sos.I. (WARKAT, 2010-2011:17)
3.
Biro Alumni dan Kaderisasi
Biro Kaderisasi dan Pembinaan Alumni merupakan salah satu biro yang
berada di bawah Yayasan Al-Amien Prenduan.Lembaga berfungsi sebagai penanggung
jawab pelaksanaan pembinaan terhadap alumni dan penyiapan kader-kader pondok
yang tangguh dan militant. Satu hal yang menjadi perhatian biro ini adalah
bagaimana setiap alumni mampu mengembangkan peran sebagai perekat umat dimana
dan kapanpun ia berada.
Dalam menjalankan fungsinya untuk menyiapkan kader-kader dan
alumni-alumni yang handal, biro ini dibantu oleh beberapa devisi koordinasi
yang bertugas untuk mem-back up dan membantu kelancaran tugas-tugasnya, yaitu:
Devisi IKBAL (Ikatan Keluarga Besar Al-Amien Prenduan), Divisi Pembinaan Kader
Khusus (PKK) dan Divisi Pembinaan Guru-guru Tugas (PGT). Adapun struktur
kepengurusan Biro Kaderisasi dan Alumni terdiri dari:Kepala biro: Ust
Musleh Wahid S.Pd. Wakil Kepala Biro: Ust. Sa’di Arsyad.Sekretaris: Ust.
Zubaidi Hasan, S.Pd.I. Divis PKK:Ust. Saiful Bahri, S.KM. Divisi
IKBAL: KH. Shobri Shiddiq, S.Pd
4.
Biro Ekonomi dan Sarana
Pondok
Pesantren Al-Amien Prenduan tidak hanya menjadi sebuah lembaga yang
berkonsentrasi kepada pendidikan, dakwah dan penyipan kader, akan tetapi juga
senantiasa meningkatkan ekonominya. Oleh karena itu Pondok Pesantren mendirikan
suatu lembaga organisasi yang disebut biro ekonomi dan sarana. Biro ekonomi dan
sarana ini terbagi menjadi 4 divisi yaitu: Koprasi Pondok Pesantren
(Kopontren), Badan Usaha Non Koprasi
(BUNK), Pelaksanaan Pemeliharaan dan Perluasan Tanah Wakaf (P3TW), Pelaksanaan
Pengadaan dan Pemeliharaan Sarana dan Fisk (P3SF).
Adapun
struktur kepengurusan Biro Ekonomi dan Sarana terdiri
dari konsultan,
kepala Biro, Wakil Kepala, Ketua-ketua Divisi dengan formasi sebagai berikut: Konsultan:
KH. Zanillah Rais, Lc, Kepala Biro: Ust. H. Mu’azd Rasyidi, S.Sos.I,
Ketua Kopontren: Ust. Sukandar Tohir, Ketua BUNK: Ust. H. Faizal Amir, Ketua
P3TW: Ust. Abdussalam Arif, Ketua P3SF: Ust. Sudirman Jailani
(WARKAT: 2010-2011: 37).
3.
Kepemimpinan di Majelis Kiai Al-Amien Prenduan
Konsepsi kepemimpinan dalam sebuah organisasi menjadi hal penting
yang harus diperhatikan.Hal itu karena kepemimpinan adalah dinamika sosial yang
yang didalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan yang
dipimpin untuk mencapai tujuan bersama.Dalam beberapa literatur disebutkan
betapa kepemimpinan berpengaruh besar dalam mencapai kesuksesan sebuah
organisasi.
Karenanya, Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan ini di bentuk sebuah sistem
kepemimpinan kolektif yang bersifat transformasional dan kohesif. Dengan
kepemimpinan seperti ini Pondok Pesantren Al-Amien diharapkan timbul kerja sama
yang baik dalam mewujudkan cita-cita bersama dengan mentransformasikan
nilai-nilai yang dianut untuk mendukung visi dan misi tujuan pondok Pesantren.
Untuk itu dibentuklah lembaga tertinggi di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan
ini yang disebut dengan istilah Dewan Riasah atau Majelis Kiai.
(Gambar No. 1: Anggota Majelis Kiai
Bersama Mentri Pendidikan)
(Sumber: WARKAT 2010-2011)
Dalam
kepemimpinan kolektif yang diterapkan
oleh Dewan Riasah atau Majelis Kiai merupakansistem kepemimpinan yang sama
halnya dengan sistem kepemimpinan demokratis dimana segala kebijakan, keputusan
yang ada di Pondok Pesantren Al-Amien
ditentukan oleh Majelis Kiai dengan mesyawarah mufakat.Baik itu kebijakan yang
menyangkut tentang kepondokan, majelis a’wan maupun kebijakan yang menyangkut
semua komponen organisasi yang yang berada di bawah yayasan Al-Amien Prenduan.
Dalam
hal ini sebagaimana dikemukakan oleh KH. Fauzi Rasul, Lc selaku anggota Majelis
Kiai sekaligus sebagai Pimpinan Pondok Pesantren Al-Amien III Kapedi ketika
diwawancarai di kediaman pada hari Jum’at Tanggal 13 Januari pukul 09.30,
beliau mengungkapkan:
“Seperti
yang kita ketahui bahwa di Al-Amien itu seluruh kebijakan itu penentunya adalah
majelis kiai, nah, kalau berbicara masalah sistem, sistem dari kepemimpinan ini hampir mendekati
sistem kepemimpinan demokratis karena kita menggunakan up down istilahnya masukan-masukan untuk mengembangkan organisasi
ini itu dari berbagai pihak, terutama dari personal-personal majelis kiai
sendiri. Segala permasalahan ditentukan dengan cara musyawarah bersama, ya
apapun itu baik itu dari luar ataupun dalam, permasalahan-permasalahan tersebut
slalu ditentukan dengan musyawarah” (transkip wawancara No 1).
(Gambar No. 2: KH. Fauzi Rasul, Lc
bersama peneliti setelah melaksanakan wawancara
(Sumber: Dok: Pribadi)
Hal
ini juga dikemukakan oleh KH. Zainullah Raiz, Lc selaku sekretaris Majelis Kiai
sekaligus sebagai pengasuh Pondok Pesantren TMI Al-Amien Prenduan ketika
diwawancarai pada tanggal 19 Maret 2012 jam 09.00 di kediaman KH. Mohammad
Idris Jauhari, beliau menuturkan:
“Ya
secara kolegian, kolektif disini sama halnya dengan demokratis, karena
pengambilan keputusan, kebijakan penting itu dilakukan bersama. Jadi yang
mengambil keputusan, kebijakan itu adalah seluruh majelis kiai tidak sendirian
tapi seluruh majelis kiai itu berkumpul, misalkan permasalahan yang ada
kemudian kami mengambil keputusan bukan pribadi” (transkrip wawancara No. 3)
Begitupun dengan pernyataan DR. KH.
Ahmad Fauzi Tidjani ketika diwawancarai oleh peneliti pada hari kamis tanggal
29 Maret 2012 jam 09.00 dikediamannya, beliau mengatakan:
“Al-Amien merupakan Pondok Pesantren yang menerapkan sistem
kepemimpinan kolektif, jadi seluruh permasalahan, kebijakan dan keputusan itu
ditentukan oleh majelis kiai yang mana kepputusan tersebut adalah hasil
musyawarah mufakat oleh seluruh majelis kiai dan seluruh jajaran kepengusan di
Pondok Pesantren Al-Amien.Jadi kalau berbicara masalah sistem dari kepemimpinan
ini ya kita demokratis artinya seluruh kebijakan, keputusan itu di tentukan
dengan musyawarah oleh majelis kiai itu sendiri” (transkip wawancara No. 4).
Pernyataan-pernyatan tersebut
diperkuat oleh catatan observasi yang dilakukan peneliti pada hari Selasa 10
April 2012 jam 07. 00-09.30
Pada saat itu peneliti melakukan ovservasi kelapangan guna
memperkuat pernyataan-peryataan yang disampaikan oleh para anggota majelis kiai
mengenai sistem kepemimpinan kolektif.Ketika itu, peneliti mengikuti rapat
selasaan yang bertempat di kediaman KH. Abu Syiri Sholahuddin. Rapat tersebut
merupakan rapat yang di hadiri oleh semua lapisan-lapisan organisasi yang ada
di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan yaitu Majelis Kiai, Majelis A’wan,
pengasuh di masing-masing lembaga, mudir-mudir Ma’had serta organisasi yang
berada dibawah Yayasan Al-Amien Prenduan seperti Kepala Biro dan divisi-divisi.
Ketika itu peneliti mengikuti proses rapat tersebut mulai dari pertama pada jam
07.00 sampai selesai sekitar jam 09.30, dan pada saat itu banyak temuan-temuan
yang di temukan peneliti terkait dengan sistem kepemimpinan kolektif ini. Seperti:
pada saat itu salah satu yang menjadi pembahasan dan permasalahan pada rapat
tersebut adalah masalah kelalaian para asatid dalam melaksanakan Qiyamul
lail yang merupakan kewajiban dari KH. Muhammad Idris Jauhari sehingga hal
ini menjadi permasalahan yang harus diselesaikan.Maka pada rapat tersebut
majelis kiai sebagai pimpinan rapat meminta pendapat dan solusi kepada semua
lapisan yang hadir pada rapat tersebut.Dan ketika itu berbagai pendapat dan
solusi di sampaikan oleh beberapa kiai sehingga dari pendapat-pendapat tersebut
dilakukan musyawarah mufakat oleh majelis kiai sampai ditemukan suatu kebijakan
serta keputusan terkait dengan hal tersebut.Maka pada saat itu berdasarkan
berbagai usulan dan solusi dari segenap peserta rapat majelis kiaipun mengambil
suatu kebijakan yang mana kebijakan tersebut hasil dari musyawarah mufakat yang
ketika itu dipimpin oleh KH. Maktum Jauhari, MA untuk lebih memperketat jam
berapa para ustad harus tidur malam serta melakukan pengawasan yang lebih ketat
lagidan mengambiltindakan ketika ada salah satu ustad yang tidak melaksanakan Qiamul
lali. (catatan lapangan No. 8).
(Gambar No. 3: Suasana rapat
selasaan pada Tanggal 10 April 2012)
(Sumber:Dok. Pribadi)
Dalam sistem kepemimpinan kolektif
tidak ada sistem otoriter dalam mengambil sebuah kebijakan atau keputusan yang
dilakukan oleh Majelis Kiai Al-Amien Prenduan akan tetapi ketika ada suatu
pendapat yang mempertahankan pendapat tersebut dari salah satu anggota Majelis
Kiai maka pendapat itu dilempar kepada anggota Majelis Kiai yang lain dengan
dimusyawarahkan bersama kemudian diambilah sebuah keputusan dan kesepakatan
bersama serta diputuskan langsung oleh pimipinan.
Pernyataan diatas sesuai dengan apa
yang telah disampaikan oleh KH. Khoiri Husni, S.Pd.I pada tanggal 25 Januari
2012 pukul 14.00 WIB di kediamannya. Peneliti melontarkan
pertanyaan-pertanyaanmengenai sistem kepemimpinan kolektif ini dan penelitipun
tampa sengaja memberikan sedikit pernyataan bahwa kepemimpinan kolektif ini
bisa termasuk demokratis tapi bisa juga otoriter. Lalu beliaupun mempertegas
pernyataan yang peneliti lontarkan, beliau mengatakan:
“Ya, kalau
berbicara masalah bentuk kepemimpinan ini, ya kepemimpinan ini termasuk
kepemimpinan demokrasi karena ya itu tadi dalam menentukan atau mengambil suatu
kebijakan ditentukan dengan musyawarah mufakat.Nah wajar saja bila seseorang umpamanya
punya pendapat, mempertahankan pendapatnya itu bukan berarti bersifat otoriter,
tetapi jika ada yang seperti itu, ya pendapat itu dilempar kemudian dimintai
pendapatnya disitulah terjadi musyawarah atau sifatnya mengajukan
pendapat-pendat kemudian diambilah suatu kesepakatan.Jika akhir dari pada
kesepakatan itu tetap merujuk kepada usulan yang diusulkan bukan berarti itu
otoriter, akan tetapi itu dianggap sebagai keputusan yang paling baik yang mana
keputusan itu telah disetujui oleh seluruh anggota majelis kiai tersebut”
(transkip wawancara No. 2).
Dewan riasah atau majelis kiai ini terdiri dari kiai-kiai senior
yang ada di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan sehingga di Majelis Kiai
Al-Amien membentuk sebuah struktur guna melancarkan kinerja dari Majelis Kiai
Pondok Pesantren Al-Amien.Seperti yang dipaparkan oleh DR. KH.Ahmad Fauzi
Tidjani diwawancarai pada tanggal 27 Maret 2012 pukul 09.00 beliau mengatakan:
“Ya, karena
sifatnya kolektif, tentu harus ada struktur.Struktur itu ya tentu ada ketua,
ada wakil ketua, sekertaris, bendahara sesuai dengan stuktur kepengurusannya
itu.Nah, disitulah nanti mereka yang berperan sesuai dengan kedudukannya, nah
kalau di majelis kiai ini KH.Mohammad Idris Jauhari sebagai ketua atau pimpinan
sedangkan wakilnya adalah KH. Maktum Jauhari dan yang lain itu sebagai anggota,
anggota itu ya ada sekretaris, bendahara dan lain sebagainya. Nah, dalam
menentukan atau mengambil suatu kebijakan itu tidak lepas dari musyawarah
mufakat” (transkip wawancar No. 4).
Dalam
kepemimpinan kolektif ini membentuk sebuah formasi kepengurusan untuk lebih
mengefektifkankinerja dari organisasi dewan Riasah iniyangmana ketentuan akhir
sebuah keputusan, kebijakan serta permasalahan yang ada di Pondok Pesantren
Al-Amien Prenduan ditetapkan olehmajelis kiai itu sendiri kemudian deserahkan pimpinan
setelah dimusyawarahkan dan disepakati oleh anggota majelis kiai.KH. Fauzi Rasul,
Lc member penegasan:
“Ya karena apaun
kolektifitas kita, ya tetap harus dipimpin juga.Jadi ketentuan akhir ya ada
dipimpinan majelis yaitu KH. Mohammad Idris Jauhari” (transkip wawancara No. 1).
Sementara itu KH.Khoiri Husni,
S.Pd.I memberikan penjelasan mengenai bagaimana suatu keputusan, kebijakan
serta permasalahan yang ada di Al-Amien untuk diambillah suatu keputusan.
Dengan tegas beliau memberi penjelasan kepada peneliti:
“Seluruh anggota majelis kiai boleh usul boleh mengutarakan
pendapat kemudian diambil suatu keputusan oleh pimpinan itu sendiri namun,
keputusan itu merupakan kesepakatan dari seluruh anggota majelis kiai”
(transkip wawancara No. 2).
Kemudian ketika peneliti mewawancari
DR. KH. Ahmamad Fauzi Tidjani beliau mengatakan:
“Dalam sebuah
komunitas atau kegiatan yang melibatkan banyak orang ya harus disepakati dan
ditentukan oleh pimpinan. Tapi pimpinan tidak akan mengambil keputusan yang
semiena-mena tampa persetujuan dan kesepakatan dari anggota majelis kiai yang
lain. Maksudnya ada hal saling terkaid yaitu ada pemimpin tapi pemimpin tidak
bertindak semau gue, begitupun anggota tidak bertindak dengan mengabaikan posisi pimpinan” (transkip
wawancara No. 4).
Ada beberapa alasan Pondok Pesantren
menerapkan sistem kepemipinan kolektif seperti yang terjadi di Majelis Kiai itu
sendiri.Yang pertama, alasan Pondok pesantren Al-Amien menerapkan sistem
kepemimpinan kolektifi ini adalah karena kebersamaan yang mana kebersamaan
dalam islam merupakan hal yang sangat potensial. Seperti yang dipaparkan oleh
KH. Fauzi Rasul:
“Ya,
karena kebersamaan, kebersamaan dalam Islam itu sangat potensial, kalau kita
lakukan secara bersama-bersama isyaallah kita selalu maju kedepan dan akan
selalu terhindar dari misscommunication atau kesalah pahaman, terhindar dari
fitnah.Pokoknya insyaallah terhindar dari kesalahanlah.Seperti yang telah
disabdakan oleh rasulullah “umatku tidak
akan pernah sepakat terhadap sesuatu yang salah” jadi secara kolektif
istilahnya bukan secara personality” (transkip wawancara No. 1).
Kemudian mengenai manfaat dari
kepemimpinan kolektif ini, beliau megatakan:
“Banyak
sekali manfaat dari kepemimpinan kolektif ini, misalnya masukan-masukan itu
lebih efektif dari pada kepemimpinan personal.Kita lebih banyak menyerap
inspirasi dari berbagai pihak, misalnya dari pemerintah, dari tokoh-tokoh dan
dari ulama-ulama termasuk juga dari santri, mudir-mudir dan lain sebagainya”
(transkip wawancara No. 1).
Yang kedua, alasan Pondok Pesantren
Al-Amien menerapkan sistem kepemimpinan kolektif ini adalah bahwasannya Pondok
Pesantren Al-Amien diharapkan tidak berdiri hanya dengan kemampuan personal akan
tetapi bisa berdiri oleh kemampuan dan pendapat-pendapat orang secara kolektif.
Hal ini sesuai dengan apa yang telah dipaparkan oleh KH. Khoiri Husni:
“Ya,
karena kita menginginkan sesuatu yang lebih nyaman, jadi dengan kepemimpinan
kolektif ini, pondok ini diharapkan tidak berpangku kepada kemampuan satu orang
tetapi tegak diatas pendapat-pendapat dari sekian orang itu, pendapat orang
banyak katakanlah itu akan lebih efektif susuai dengan prinsif islam “wasyawirhum fil amri” dan musyawarahlah
kamu dalam suatu urusan” (transkip wawancara No. 2).
Dan ketika peneliti menanyakan manfaat Pondok
Pesantren Al-Amien menerapkansistem kepemimpinan kolektif ini, beliau langsung
menjawab:
“Sangat besar
sekali, “in tusif tajib mafihan, in
tukhti’ tu’dzar”, itu prinsipnya. Jadi kalau proses kepemimpinan kolektif
jika ada suatu masalah lewat musyawarah benar itu semua orang mendukung tapi
ternyata dalam musyawarah itu keliru dalam menentukan atau metuskan suatu
masalah ya dimaafkan, tetapi kalau mau-maunya sendiri, suka-sukanya sendiri ya
pasti ditegur banyak orang” (transkip wawancara No. 2).
Alasan yang ketiga Pondok Pesantren Al-Amien
menerapkan sistem kepimimpinan kolekti adalah bahwasannya kepemimpinan ini
sangat diterima oleh masyarakat karena apapun yang berkaitan dengan kebijakan
yang ada di Pondok pesantren Al-Amien merupakan hasil Musyawarah.Hal ini sesuai
dengan yang dipaparkan oleh KH. Zainullah Raiz, Lc, beliau mengatakan:
“Karena
itu akan lebih diterima oleh masyarakat, misalnya kalau ada kekurangan
katakanlah kesalahan itu tidak ada yang disalahkan karena itu sudah hasil
musyawarah dan hasil kesepakatan dan keputusan itu berdasarkan pertimbangan
dari para majelis kiai sehingga untuk sampai ketingkat kesalahan yang patal itu
jarang sekali.Jadi keputusan itu memang valid dan itu didukung bersama karena
bukan keputusan pribadi dan tidak ada unsur kepentingan pribadi” (transkip
wawancara No. 3).
Sedangkan manfaat dari kepemimpinan
ini menurut KH. Zanillah Rais, Lc beliau mengatakan:
“Manfaat
dari kepemimpinan ini sangat basar sekali contohnya dirasakan sangat positif,
semua lapisan dapat menerima karena itu hasil dari kebijakan secara kolektif
yang tidak ada kepentingan pribadi semuanya berjalan dan semuanya itu
melaksanakan itu” (transkip wawancara No. 3).
Dalam rangka
membentuk kepemimpinan transformasional yang kohesif, Dewan Riasah juga
berperan sebagai konseptor, manajer, dan supervisor yang selalu mengedepankan
responsibility dan dedikasinya sebagai pemimpin.Oleh karenanya, beberapa
anggota Dewan Riasah ini diberi amanah untuk menjadi pengasuh di suatu lembaga
pendidikan yang berada dibawah naungan Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan.
Dalam hal ini, anggota majelis kiai
mempunyai tanggung jawab yang besar dalam memegang amanah dalam menjalankan dua
tugas sekaligus, yaitu sebagai anggota majelis kiai dan juga sebagai pengasuh
di lembaga tersebut. Menurut KH. Khoiri Husni S.Pd.I yang ketika itu masih
menjabat sebagai pengasuh TMI Al-Amien Prenduanbeliau memberikan penjelasan
mengenai kapan beliau harus memposisikan dirinya sebagai anggota majelis kiai
dan kapan beliau harus memposisikan diri sebagai pengasuh TMI Al-Amien Prenduan.
“Ya,
tergantung pada kebutuhan.Saya sebagai anggota majelis kiai, ya disaat ada
masalah yang berkenaan dengan organisasi dewa ri’asah ini ya posisi saya harus
tetap sebagai anggota majelis kiai.Namun ketika berbicara mengenai ke TMI an ya
saya berperan sebagai pengasuh TMI” (transkip wawancara No. 2).
Hal ini sesuai dengan temuan
peneliti dilapangan ketika hendak melakukan wawancara dengan KH. Zanullah Raiz,
Lc Pada tanggal 13Maret 2012 sekitar jam 08.00
Ketika
itu peneliti menuju kekediaman beliau untuk mewawancarai beliau, ketika
peneliti megucapkan salam ternyata istri beliau yang keluar dan mengatakan
bahwa beliau sedang ada rapat majelis kiai dan penelitipun tidak jadi untuk
mewawancarai beliau. (catatan lapangan No. 3)
Kemudian hari kedua pada tanggal 14
Maret 2012 peneliti hendak menemui beliau kembali
Ketika
itu peneliti melaksanakan sholat magrib berjamaah guna mempermudah menemui
beliau, sesudah sholat magrib berjamaah penelitipun menunggu beliau keluar dari
masjid dan akhirnya penelitipun menemui beliau dan menjelaskan maksud peneliti sampai
akhirnya beliau menyuruh peneliti untuk manemui beliau pada tanggal 15 Maret
2012. (catatan lapangan No. 4)
Kemudian pada tanggal tanggal 16
Maret 2012 peneliti mendatangi beliau kembali sesuai dengan permintaan beliau
Ketika
itu KH. Zainullah Raiz, Lc meminta
peneliti untuk menunggu sebentar karena beliau masih membuka acara Diklat Ketua Kelompok Santri’12 (KKS) TMI
Al-Amien Prenduan yang bertempat di aula TMI. Maka penelitipun menunggu sampai
akhirnya acara tersebut selesai dan penelitipun mewawancari beliau di kediaman
KH. Muahammad Idris Jauhari dengan waktu yang singkat karena beliau masih ada acara
lain yang berkenaan dengan tugas beliau sebagai pengasuh TMI Al-Amien Prenduan
(catatan lapangan No. 5)
(Gambar No. 4: KH. Zainullah Raiz,
Lc ketika membuka acara Diklat Ketua Kelompok Santri’12 (KKS) TMI Al-Amien
Prenduan) (Sumber: Dok. Pribadi)
Dari beberapa paparan diatas
membuktikan bahwasannya anggota majelis kiai menjalankan tugas sesuai dengan
kebutuhan mereka dalam memegang dua jabatan sekaligus.Mereka dapat memposisikan
tugas dan tanggung jawab mereka sesuai dengan kebutuhan baik itu sebagai
anggota majelis kiai maupun sebagai pengasuh lembaga yang ada di Al-Amien
Prenduan.
4.
Pola Komunikasi organisasi Majelis Kiai Al-Amien Prenduan
Dalam sebuah organisasi tentunya tidak terlepas dari sebuah
komunikasi, baik itu komunokasi antara pimpinan kepada bawahan dan sebaliknya
begitupun juga komunikasi antara angota dengan anggota yang lain.
Dalam komunikasi di dewan riaasah Al-Amien Prenduan, tentunya tidak terlepas dari sebuah
proses bagaimana komunikasi yang akan disampaikan olehmajelis kiai kepada anggota atau semua lapisan baik itu majelis
a’wan dan yang lainnya begitupun anggota majelis kiai yang satu terhadap kiai yang lain dapat diterima baikitu informasi maupun opini dalam mengembangkan visi dan misi dari
organisasi tersebutyang hal itu
tidak terlepas dari tradisi-tradisi islam dan pesantren yang selalu menjungjung
tinggi posisi kiai.seluruh majelis kiai memberikan kebeasan kepada anggota-anggotanyaapa
untuk memberikan opini, pendapat-pendapat atau masukan-masukan yang perlu
dipecahkan.
Hal ini sesuai dengan apa yang dipaparkan oleh KH. Khoiri Husni,
S.Pd.I ketika diwawancarai pada tanggal
25 Januari 2012 jam 14.00 di kediaman, beliau memaparkan:
“Pola komunikasi kita masyaallah sangat bagus, karena setiap ada
permasalahan yang tidak lepas dari tradisi-tradisi pesantren dimana kita tetap
menjunjung posisi kiai kita lakukan.Seluruh anngota memberikan proses pendidikanketika
kami baik ketika dalam forum atau diluar forum, semua lapisan kami ajak bicara,
dan dipersilahkan untuk menyampaikan apa yang perlu disampaikan dalam sebuah
forum, artinya tidak dikekang dan diberikan kebebasan ketika ada masalah kita
bicarakan dan dikomunikasikan bersama dalam sebuah musyawarah dan kita
sepakati, kita amankan, kita amalkan dalam rangka kelanjutan dari lembaga ini”
(transkip wawancara No. 2).
Ketika peneliti melakukan beberapa
kali ovservasi kelapangan peneliti banyak menemukan pola dan bentuk-bentuk
komunikasi baik itu komunikasi pimpinan kepada bawahan, bawahan kepada
pimpimpinan dan komunikasi antar anggota majelis kiai.
Dalam mengembangkan visi dan misi Pondok
Pesantren Al-Amien Prenduan, ada beberapa pola komunikasi antara lain komunikaasidirect
yaitu komunikasi secara langsung artinya pimpinan memberikan intruksi,
petunjuk-petunjuk, informasi-informasi serta penjelasa-penjelasan secara
langsung dari pimpinan itu sendiri. Dan komunikasi indirectyaitu
komunikasi tidak langsung
Hal ini sejalan dengan apa yang
telah di paparkan oleh KH. Fauzi Rasul dalam wawancaranya pada tanggal 13
Januari 2012 jam 09.00 di kediamannya, beliau memaparkan:
“Komunikasi
kita dalam mengembangkan visi dan misi dewan riasah ini adalah komunikasi directyaitu komunikasi langsusng ya
biasanya anggota majelis kiai memberikan intruksi, informasi ya terkadang
arahan-arahan yang berkaitan dengan kelancaran pondok, tapi kadang-kadang ada
yang indirect atau secara tidak langsusng ya di Al-Amien sendiri ada
semacam disposisi pimpimpinan” (transkip wawancara No. 1).
Komunikasi majelis Kiai yang
berbentuk intruksi dan arahan-arahan biasanya terjadi ketika proses rapat
selasaan berlansung. Hal ini sesuai dengan hasi ovseservasi yang dilakukan oleh
peneliti pada hari Selasa tanggal 27 Maret 2012.
Pada
saat itu peneliti mengikuti rapat majelis kiai yang bertempat di kediaman K.
Mujami’ Abdul Musyfi, Lc. Pada rapat tersebut salah satu majelis A’awan Drs.
KH.Ja’fa Shodiq selaku Koordinator Harian (KOHAR) menyampaikan suatu keluhan
dari salah sebagian santri TMI Al-Amien agar santri diberi kesempatan untuk
noton bareng pertandingan bola.Kemudian keluhan dari santri tersebut dilempar
kepada majelis kiai.Setelah dimusyawarahkan oleh seluruh anggota majelis kiai
dan kemudian anggota majelis kiai memberikan arahan dan penjelasan terkait
dengan hal tersebut bahwasan usul tersebut di terima asal tidak mengganggu
aktivitas santri yang telah menjadi kewajiban Pondok sperti sholat tahjjud.
Maka disitu terjadi proses saling mengutarakan pendapat antara anggota majelis
kiai sampai kemudian diambilah suatu kebijakan dan keputusan yang mana
kebijakan tersebut sudah disepakati oleh seluruh anggota majelis kiai bahwa
semua santri diperbolehkan untuk nonton bareng pertandinagn bola dengan catatan
hanya ketika pertandingan tersebut sedah masuk kebabak final ataupun
penrtandingan tersebut dimainkan oleh club-club bola yang memang sudah terkenal
dan tidak mengganggu aktivitas santri yang telah menjadi kewajiban Pondok maka
pada saat itu Majelis kiai memberikan intruksi kepada mudir-mudir agar lebih
memperketat lagi pengawasan kepada santri setelah selesai nonton bareng.
(catatan lapangan No. 8).
Kemudian pada saat peneliti
melakukan ovservasi yang kedua pada tanggal 10 April 2012 yang pada saat itu
peneliti mengikuti rapat selasaan yang bertempat di kediama KH. Abushiri
Sholahuddin.
Pada saat itu ketika rapat mengenai normalisasi Pondok yaitu
tentang banyaknya para asatit yang tidak melakukan Qiyamullaili kemudian
pada saat itu KH. Fauzi Rasul, Lc menatakan bahwa beliau sering mendapatkan
informasi yang berupa sms dari KH. Muhammad Idris Jauhari mengenai hal
tersebut.
Seperti apa yang telah di paparkan oleh KH. Fauzi Rasul, Lc diatas
bahwasannya pola komunikasi yang ada di majelis kiai selain komunikasi langsung
ada juga bentuk komunikasi secara tidak langsung seperti ketika ada surat masuk
kepada pimpinan yang datang dari devisi-devis Pondok Pesantren Al-Amien baik
itu dari Majelis A’wan, Mudui-mudir, biro-biro serta yang datang dari luar biasanya berupa surat-surat permohonan,
proposal maupun hasil rapat. Maka
pimpinan sendiri akan memberikan disposisi yang mana dalam disposisi tersebut
berisi kebijakan, saran-saran dan solusi dari pimpimpinan mengenai hal
tersebut.
Hal ini sesuai dengan apa yang di temukan oleh peneliti ketika
peneliti bermaksud ingin mewawancarai KH. Muhammad Idris Jauhari.
Pada
saat itu tepatnya pada tanggal 29 Maret peneliti mengantarkan surat permohonan
melakukan wawancara dengan beliau dan empat hari kemudian tepatnya pada tanggal
2 April 2012 peneliti mendapatkan jawaban yang berupa disposisi pimpimnan yang
mana disposisi tersebut ditujukan kepada KH. Maktum Jauhari MA dan kepada
peneliti sendiri.Dalam disposisi tersebut berisi bahwasannya KH.Muhammad Idris
Jauhari tidak bisa di wawancarai karena factor kesehatan beliau dan beliau
menyarankan agar mewawancarai KH. Makktum Jauhari atau ke Majelis Kiai yang
lain.
(Gambar No. 5: Salah satu contoh
disposisi pimpinan kepada peneliti)
(Sumber: KOHAR Al-Amien Prenduan)
Dalam mengenbangkan visi dan misi
organisasi Dewan Riasah dalam mengembangkan Pondok Pesantren Al-Amien seluruh
lapisan yang ada di Pondok Pesantren Al-Almien boleh mengutarakan
pendapa-pendat serta masukan-masukan baik itu dari anggota majelis A’wan,
mudir-mudir dan biro-biro.
Dalam hal ini, sejalan dengan apa yang telah dipaparkan oleh DR.
KH. Ahmad Fauzi Tidjani selaku anggota majelis kiai sekaligus wakil rector IDIA
Prenduan ketika diwawancarai pada tanggal 29 Maret 2012 di kediamannya, beliau
memaparkan:
“Komunikasi
kita ketika musyawarah berlansung sangat fair
artinya dalam musyawarah proses komunikasi antara majelis kiaidengan
seluruh lapisan yang ada di Pondok ini baik itu dari majelis a’awan atau yang
lainnya berjalan dengan lancar artinya seluruh majelis kiai memberikan
kebebasan kepada anggota majelis kiai dengan mengutarakan pendapat artinya
seluruh anggota atau seluruh lapisan boleh usul boleh mengutarakan pendapat
kemudian diambil suatu keputusan oleh majelis kiai itu sendiri” (transkip
wawancara No. 4).
Dalam
hal ini seluruh anggota memberikan informasi baik itu mengenai mengenai keadaan
Pondok dan mengenai program-program dari setiap divisi-divisi baik itu dari
Yayasan, Mudir-mudir Pondok dan biro-biro.Seluruh laporan dan informasi
tersebut disampaikan ketika musyawara atau rapat berlangsung.
Hal
ini sesuai dengan hasil ovservasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 April
2012 yang ketika itu peneliti mengikuti rapat selasaan yang bertempat di
kediama KH. Abu Shiri Sholahuddin.
Pada
saat itu rapat dipimpin oleh Ketua Yayasan Al-Amien KH.Marsuki Ma’ruf yang
dimulai dengan laporan dari setiap bagian mengenai agenda yang sudah berjalan
selama satu minggu dan agenda seminggu kemudian selain itu setiap bagian diberi
kesempatan untuk menyampaikan keluhan-keluhan serta permasalahan-permasalahan
yang ada di yang berkaitan dengan bagian-bagian tersebut.
Anggota
majelis Kiai sendiri juga memberikan kesempatan kepada semua santri mengenai
permasalah-permasalah yang ada di Pondok Pesantren Al-Amien. Dalam hal ini
untuk memudahkan komunikasi Antara santri dengan Majelis Kiai terutama dengan
pimpinan sendiri maka pimpimpinan memberikan kesempatan untuk menampung semua
keluhan maupun sarana yang datang dari santri maupun asatit lewat tulisan atau surat
melalui kotak putih (White Box) yang disediakan oleh Majelis Kiai sendiri dan
hal ini merupakan bentuk komunikasi santri dengan pimpinan.
Dalam
hal ini sesuai dengan apa yang di temukan dilapangan oleh peneliti sendiri
bahwa disetiap lembaga ternyata disediakan satu kotak putih (White Box)
demi memudakan komunikasi santri dengan Pimpinan sendiri.
Gambar 6: Kotak Putih (White Box) sebagai alat komunikasi santri kepeda
pimpinan (Dok. Pribadi)
Dalam hal ini, anggota majelis kiaipun
ternyata serinng melakukan komunikasi yang berkaitan dengan organisasi dewan
riasah diluar forum atau nonformal, baik itu melalui via telfon atau ketika
bertemu di jalan.Seperti yang telah disampaikan oleh KH. Khoiri Husni, S.Pd.I ketika diwawancarai, beliau memaparkan:
“Ya komunikasi kita tidak mesti dalam musyawarah atau pertemuan formal,
kita sering melakukan komunikasi yang berkaitan dengan organisasi ini lewat via
telfon, ketiaka bertemu di jalan, oh ini begini ini begini oh ya nanti kita
bicarakan, oh ya nanti kita sampaikan.Jadi sifatnya tidak kaku dan tidak mesti
komunikasi kita dalam forum pertemuan formal. Ketumu dijalan
oh begini, ia nanti sampaikan ke kiai yang lain, oh ya nanti kita bicarakan.
Lues sekali dan sangat fleksibel” (transkip wawancara No. 2).
(Gambar
No. 5: KH. Khoiri Husni, S.Pd.I sedang menggunakan alat komunikasi HP untuk
memudahkan berkomunikasi jarak jauh dengan anggota Majelis Kiai yang lain)
(Sumber:
Dok. Pribadi)
Pernyataan KH. Khoiri Husni diperkuat oleh temuan peneliti dilapangan
ketika peneliti ingin melakukan wawancara dengan KH. Fauzi Rasul, Lc pada
tanggal 13 Januari 2012 dikediamannya.
Setibanya
peneliti di kediaman KH. Fauzi Rasul, Lc peneliti langsung mengucapkan salam
namun tidak ada jawaban sampai tiga kali salam, kemudian beliaupun mejawab
salam peneliti yang keempat kalinya, dan beliaupun mempersilahkan masuk kedalam
kediaman beliau. Kemudian peneliti mengatakan maksud kedatanganya untuk
mewawancarai beliau.Beliaupun tidak kebratan.Ketika kami sedang melakukan
wawancara HP beliau berdering dan ternyata setelah peneliti Tanya yang menelfon
adalah DR. KH. Ahmad Fauzi Tidjani (catatn ovservasi No. 1).
Perkembangan tehnologi ternyata sangat berpengaruh besar terhadap
lancarnya komuniasi atau informasi yang tidak terbatas waktu dan jarak.Hal ini
dirasakan sendiri olehKH. Zainullah Raiz, Lcketika ingin melakukan komunikasi
diluar forum dengan anggota majelis kiai yang lain yang berkaitan dengan
organisasi dewan riasah ini.
Hal ini sesuai dengan pemaparan beliau ketika diwawancarai, beliau
mengatakan:
“Dalam
melakukan komunikasi diluar kerja sangat lancar apalagi dengan adanya tehnologi
yang tidak terbatas dengan waktu dan jarak jadi kami selalu melakuakan
komunikasi diluar acara resmi yang berkaitan dengan organisasi ini, namun
ketika ada masalah yang harus dipecahkan kami langsung berkumpul adi istilahnya
tidak terjadwal, bahkan ketika kami ada acara penting kemudian majelis kiai
mengajak rapat, maka kami batalkan kami utamakan rapat majeli kiai itu” (transkip
wawancara No. 3).
B.
Temuan Penelitian
Setelah peneliti memaparkan data
penelitian, peneliti juga memaparkan
temuan-temuan sesuai dengan fokus penelitian.
1.
Sistem Kepemimpinan Kolektif yang bersifat Transformasional dan
Kohesif Majelis Kiai Al-Amien Prenduan
Pondok pesantren Al-Amien menerapkan
sistem kepemimpinan kolektif yang di peganglansung oleh majelis kiai yang mana majelis kiai
merupakan lembaga tertinggi di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan. Sistem
kepemimpinan ini merupakan sistem kepemimpinandimana seluruh kebijakan dan
keputusan serta permasalahanyang ada di Pondok Pesantren Al-Amien dalam
mengembangkan visi dan misinya ditentukan dengan musyawarah mufakat yang
kemudian hasil kebijakan dan keputusan yang telah dimusyawarahkan secara mufakat
diputuskan oleh seluruh dewan riaasah atau majelis kiai. Maka berdasarkan dari
paparan diatas temuan yang didapatkan oleh peneliti bahwasannya sistemkepemimpinan
kolektif yang bersifat transformasional dan kohesif merupakan sistem yang sama
halnya dengansistem kepemimpinan demokratis.
Kemudia temuan dari penelitian ini ternyata ada beberapa alasan danmanfaatmengapa
Pondok Pesantren Al-Amien menerapkan sistem kepemimpinan kolektif ini, di
antaranya:
Alasan yang pertama, Pondok pesantren Al-Amien menerapkan sistem
kepemimpinan kolektifi ini adalah karena kebersamaan yang mana kebersamaan
dalam islam merupakan hal yang sangat potensial. Alasan Yang kedua adalah
bahwasannya Pondok Pesantren Al-Amien diharapkan tidak berdiri hanya dengan
kemapuan personal akan tetapi bisa berdiri oleh kemampuan dan pendapat-pendapat
orang secara kolektif. Dan alasan yang ketiga adalah
bahwasannya kepemimpinan ini sangat diterima oleh lapisan masyarakat karena
apapun yang berkaitan dengan kebijakan yang ada di Pondok pesantren Al-Amien
merupakan hasil Musyawarah.Sedangkan manfaat dari kepemimpinan ini diantaranya
adalah pengambilan kebijakan, keputusan serta masukan-masukan lebih efektif dan
juga dirasakan sangat positif dan dapat di terima oleh semua lapisan.
2.
Pola Komunikasi organisasi Majelis Kiai Al-Amien Prenduan
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan maka penelitipun menemukan
beberapa temuan penelitian tentang pola komunikasi kepemimpinan kolektif ini
yaitu bahwasanya pola komunikasi yang ada di majelis kiai ini berdasarkan
dengan nilai-nilai islam yang tidak terlepas dari tradisi-tradis pesantren yang
selalu menjunjung tinggi posisi kiai baik. Selain
itu dari paparan diatas peneliti menemukan bentuk-pola komunikasi yang ada di
Majelis Kiai Al-Amien Prenduan antara lain:
a.
Komunikasi vertikal
Dari paparan diatas peneliti menemukan beberapa
temuan terkait dengan pola komunikasi yang berbentuk komunikasi vertikal yaitu
komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas yaitu komunikasi dari
pimpinan ke pada bawahan dan dari bawahan kepada atasan. Dalam hal ini ada dua
bentuk pola komunikasi vertikal yang ada di Majelis Kiai sendiri. Pertama
adalah komunikasi langsung (direct communication) yang berbentuk
intruksi-intruksi, petunjuk-petunjuk informasi-informasi serta
penjelasan-penjelasan di mana hal tersebut umumnya terjadi ketika rapat kerja
berlansung.Proses komunikasi tersebut berlangsung sangat fair dimana seluruh
majelis kiai selalu memberikan intruksi-intruksi, petunjuk-petunjuk ,
arahan-arahan serta penjelasan-penjelasan mengenai yang baik dan yang tidak
baik mana yang harus disepakati serta
memberikan kebebasa-kebebasan kepada semua baigan-bagian untuk memberikan
pendapat, solusi serta saran-saran dalam mencapai suatu hasil keputusan dan
kebijakan yang kemudian ditetapkan oleh majelis kiai itu sendiri.
Kemundian yang kedua adalah pola komunikasi vertikal yang berbentuk
komunikasi tidak langsung (Indirect Communication)yang berbetuk
disposisi dari pimpinan. Disposisi ini adalah salah satu bentuk komunikasi
majelis kiai terutama pimpinan sendiri yang berbentuk tulisan yang berisi
intruksi-intruksi, penjelasan-penjelasan serta saran-saran yang mana disposisi
ini dikeluarkan ketika ada surat masuk kepada pimpinan yang berbentuk proposal,
surat-surat dan hasil rapat.
Kemudian dalam memudahkan proses komuniaksi antara majelis kiai dengan
santri terutama komunikasi santri dengan pimpinan maka majelis kiai sendiri
memberikan kesempatan kepada santri untuk menyampaikan saran-saran,
kritik-kritik serta keluhan-keluhan dari para santri, maka majelis kia sendiri
memberikan kesempatan untuk menyampaikan hal-hal tersebut lewat komunikasi
melalui surat yang dikirim melalui kotak putih (White Box) yang mana
seluruh lembaga disediakan satu kotak puti demi memudahkan komunikasi santri
dengan majelis kiai trutama dengan pimpinan sendiri.
b.
Komunikasi Horizontal
Pola komunikasi yang kedua yang ada di Majelis Kiai
Al-Amien sendiri adalah pola komunikasi yang berbentuk komunikasi horizontal
yaitu komunikasi secara mendatar antara anggota dengan anggota yang lain yang
mana antara anggota majelis kiai saling memberikan intruksi-intruksi,
arahan-arahan, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi dari anggota majelis kiai
yang satu ke anggota majelis kiai yang lain dan komunikasi ini berbeda dengan
komunikasi vertikal yang mana komunikasi ini bisa dilakukan di luar forum antau
non formal. Dalam hal ini, anggota majelis kiaipun ternyata serinng melakukan
komunikasi yang berkaitan dengan organisasi dewan riasah diluar forum atau
nonformal yang berupa, baik itu ketika bertemu di luar forum ataupun melalui
via telfon atau ketika bertemu di jalan,hal ini karenaperkembangan tehnologi yang
ternyata sangat berpengaruh besar terhadap lancarnya komuniasi atau informasi
yang tidak terbatas waktu dan jarak. Hal
ini dirasakan sendiri oleh anggota majelis kiai itu sendiri.
BAB
V
PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
Setelah
peneliti menguraikan dan memaparkan hasil penelitian sebelum
pembahasan.Peneliti mendapat kenyataan-kenyatan dibawah ini dengan tujuan untuk
mengetahui bagaimana sistem kepemimpinan kolektif serta pola komunikasi
organisasi di organisasi Dewan Riasah atau Majelis Kiai Al-Amien Prenduan.
A.
Sistem Kepemimpinan Kolektif Organisasi Majelis Kiai Al-Amien
Prenduan
Pada dasarnya
seorang pemimpin melakukan kegiatanya dalam membibing, mengarahkan,
mempengaruhi, menggerakkan para pengikutnya dalam rangka mencapai tujuan.Untuk
itu diperlukan kefektifan dalam memimpin, semua itu tergantung dari model
kepemimpinan yang di terapkan oleh pemimpin tersebut.
Anoraga,
(2003:7-8) membagi model atau gaya kepemimpinan menjadi tiga jenis yaitu:
d.
Kepemimpinan
otokratik yaitu kepemimpinan yang berdasarkan atas kekuasaan mutlak
segala keputusan berada di satu tangan. Model kepemimpinan ini sering membuat
pengikutnya tidak senang dan sering frustasi.
e.
Kepemimpinan
Demokratik yaitu kepemimpinan berdasarkan demokrasi, dalam arti bukan di
pilihnya si pemimpin itu secara demokratik melainkan cara yang dilaksanakan
pemimpin yang demokratik. Sipemimpin melaksanakan kegiatan sedemikian rupa
sehigga setiap hasil keputusan merupakan hasil musyawarah
f.
Kepemimpinan
Bebas yaitu seorang pemimpin sebagai penonton bersifat fasif.
Sedangkan di
organisasi majelis kiai sendiri pengambilan kebijakan dan keputusan yang ada di
Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan dalam mengembangkan visi dan misinya
ditentukan secara kolektif yang dihasilkan secacara musyawarah mufakat dan
kemudian kebijakan serta keputusan tersebut ketentuan ahirnya berada berada di
majelis kiai itu sendiri.Maka sesuai dengan fokus penelitian ini, sistem
kepemimpinan di majelis kiai menurut berapa anggota majelis kiai adalah sistem
kepemimpinan demokratik.
B.
Pola Komunikasi organisasi Majelis Kiai Al-Amien Prenduan
Mengenai pola
komunikasi dalam sebuah organisasi Face dkk (1998:34) mengatakan bahwa
komunikasi adalah hal terpenting bagi eksitensi organisasi dan berperannya
lebih banyak dari pada sekedar melaksanakan rencana-rencana.Karena organisasi diciptakan, dipertahankan dan di
transformasikan melalui komunikasi.
Dalam hal ini,
Effendi (2009:122-124) menjelaskan dimensi-dimensi komunikasi dalam organisasi
yaitu dimensi komunikasi internal yang terdiri dari:
a.
Komunikasi
vertikal yaitu, komunikasi dari atas ke
bawah (downward communication) dan dari bawah ke atas (upward
communication) adalah komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari
bawahan kepada pimpinan secara timbal balik (two-way traffic communication).
Dalam komunikasi vertikal ini, pimpinan memberikan intruksi-intruksi,
petunjuk-petunjuk, informas-informasi, penjelasan-penjelasan dan lain-lain
kepada bawahannya dan bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran dan
sebagainya kepada pimpinan.
b.
Komunikasi
horizontal, yaitu
komunikasi secara mendatar, anggota staf dengan anggota staf, karyawan sesama
karyawan, dan sebagainya. Komunikasi ini berbeda dengan komunikasi vertikal
yang sifatnya formal, karena komunikasi ini bisa dilakukan secara tidak formal
seperti komunikasi diluar kerja.
Sedangkan pola komunikasi dimajelis kiai sendiri terdiri dari dua bentuk
pola komunikasi yang pertama komunikasi vertikal dimana komunikasi ini terbagi
menjadi dua yaitu komunikasi langsung (Direct Communication) yang berupa
intruksi-intruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi penjelasan-penjelasan
serta arahan-arahan yang lansung dari majelis kiai itu sendiri baik ketika
dalam keadaan formal maufun non formal seperti ketika rapat berlansung maupun
ketika diluar rapat begitupun staf-stafnya memberikan laporan, saran-saran dan
sebagainya. kemudian komunikasi tidak lansung (Indirect Communication)yang
berupa komunikasi tertulis dari majelis kiai itu sendiri terutama dari pimpinan
yang berupa disposisi pimpinan yang mana dalam disposisi ini adalah semacam
intruksi-intruksi, arahan-arahan serta saran-saran dan solusi yang yang mana
disposisi ini dikeluarkan ketika ada surat masuk kepada pimpinan yang berbentuk
proposal, surat-surat, hasil rapat dan
lain sebagainya.
Selain itu proses komunikasi di majelis kiai berlasung secara horizontal yang
mana antara anggota majelis kiai saling memberikan intruksi-intruksi,
arahan-arahan, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi dari anggota majelis kiai
yang satu ke anggota majelis kiai yang lain. Dalam hal ini berbeda dengan
komunikasi vertikal yang mana komunikasi ini dilakukan di luar forum seperti
ketika bertemu dalam satu tempat dan juga melaui alat komunikasi seperti HP dan
sebagainya.
BAB
VI
PENEUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, peneliti dapat mengambil kesimpulan
terhadap penelitian ini:
1.
Dalam
mengembangkan visi dan misinya Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan menerapkan sistem
kepemimpinan kolektif yang dipegang langsung oleh dewan riaasah atau majelis kiai
sebagai lembaga tertinggi di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan. Sistem
kepemimpinan kolektif ini adalah sistem kepemimpinan yang merujuk kepada sistem
kepemimpinan demokratis dimana seluruh kebijakan dan keputusan yang ada di
Pondok pesantren Al-Amienditentukan oleh seluruh majelis kiai melalui
musyawarah mufakat.
2. Ada dua pola komunikasi yang diterapkan oleh majelis Kiai Al-Amien
prenduan yang pertam komunikasi vertikaldimana
komunikasi vertikal ini terdiri dari dua
bentuk yaitu komunikasi langsung (Direct Communication)yaitu komunikasi
yang berupa intruksi-intruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi
penjelasan-penjelasan serta arahan-arahan yang lansung dari majelis kiaidan
komunikasi tidak langsung (Indirect Communication) dimana komunikasi ini
adalah komunikasi tertulis dari majelis kiai yang berupa disposisi yang berupa
intruksi-intruksi, arahan-arahan serta saran-sara dan solusi dari majelis kiai
terutama dari pimpinan. Kemudian yang kedua pola komunikasi di majelis kiai
adalah komunikasi horizontal yang mana antara anggota majelis kiai saling
memberikan intruksi-intruksi, arahan-arahan, petunjuk-petunjuk,
informasi-informasi dari anggota majelis kiai yang satu ke anggota majelis kiai
yang lain.
B.
Saran-saran
1.
Kepada
seluruh anggota majelis kiai agar dalam menentukan suatu kebijaka dan keputusan
tidak hanya ditentukan oleh majelis kiai saja, akan tetapi lebih baik lagi jika
meminta pendapat dari berbagai pihak yang menyangkut dengan Pondok Pesantren
Al-Amien Prenduan terutama dari santi dan mahasiswa.
2.
Kepada
seluruh anggota majelis kiai agar mengadakan dialog dengan seluruh santri
maupun mahasiswa mengenai permasalahan-permasalahan yang ada di Pondok
Pesantren Al-Amien sehingga seluruh santri ataupun mahasiswa dapat mengetahui
permasalahan-permasalah yang ada di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar