Libralisasme Pemikiran Umat Islam
(Sebuah Dapak Dari Globalisasi)
(Sebuah Dapak Dari Globalisasi)
ditulis 0leh: achmad jedi
Di era globalisasi saat ini, masyarakat merasakan pengaruh besar peradaban Barat dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam cara berbicara, berpakaian maupun cara berfikir. Tak heran jika kebanyakan masyarakat Indonesia mengmbaruan gunakan ukuran-ukuan kesenangan orang Barat. Maka tak heran lagi jika pada zaman yang tidak ada batasan jarak lagi antara jauh dan dekat, barat sudah menjadi peadaban yang dominan.
Tapi sayangnya tidak semua orang benar-benar faham apa inti sebenarnya dari peradaban Barat ini sehigga mereka terpengaruh akan cara hidup orang barat. Salah satu penjajahan barat yang dominan dilakukan oleh barat adalah adalah masalah idiologi ataupun kebebasan berfikir (libral)
Sepanjang sejarah, manusia memang telah menghadapi banyak tantangan Dan kekacauan. Tetapi belum mereka belum pernah menghadapi tantangan yang lebih serius dari pada yang ditimbulkan oleh peradaban barat. Prof syed Muhammad Naquid al-Attas, seorang pemikir yang cukup dikenal baik oleh dunia pemikiran Barat maupun Islam, memandang problem terberat yang dihadapi umat Islam dewasa ini adalah libralisasi pemikiran terhadap Islam Dan dominasi keilmuan secular barat yang mengarah pada kekacauan umat Islam. al-Attas juga memaparkan dalam bukunya “The Concept of Education in Islam (1980) membuktikan pemahaman mendalamnya tentang semangat yang memancarkan bentuk dan kaedah pemikiran Barat yang mendasar dalam setiap lapangan.
Pada tingkat global cara pandang libral gaya Barat ini kemudian diglobalisasi sebagai dari upaya pelestarian hemogoni. Ini adalah wajar dalam logika politis yang dominan saat ini. Demokrasi liberal mengharuskan sekuerisasi Dan sekaligus pluralisme yang tidak membedakan manusia atas agama atau ras tertentu, namun manusia dikotak-kotakan atas bangsa dan negara. Dari inilah terjadi proses imitasi terhadap pola pikir dan budaya yang datang dari barat, sehingga banyak umat sekarang ini yang berpola pikir kebarat-baratan ataupun libral begitupun dengan cara pandang hidup mereka.
Pada kenyataannya globalisasi semakin mengarah kepada satu bentuk “imperialisme pemikiran” terhadap pemikiran umat Islam. Prof. Amer al-Roubaie pakar globalisasi di Internasional Institute of Islamic Thought Civilization-International Islamic University, mencatat bahwa telah dipahami secara luas bahwa gelombang tren budaya berfikir global dewasa ini sebagian besar merupakan produk barat, menyebar keseluruh dunia lewat keunggulan teknologi elektronik dan berbagai bentuk system komunikasi”
Di era globalisasi inilah, dimana proses liberisasi berlansung di berbagai bidang, pro kontra tentas batas batas moral akan selalu terjadi. Kaum secular-liberal dengan mudahnya berfikir “kebesan berfikir” adalah setandar moral yang mutlak Dan tidak dapat diganggu gugat. Logika kaum liberal ini berasal dari prinsip “humanism secular”, bahwa yang menetapkan manusia sebagai Tuhan. Manusialah yang mengatur Dan menentukan segala hal, dengan kebesan induvidunya, asal tidak merugikan orang lain.
Itulah yang sebenarnya sedang menimpa umat isalm, bahwa liberalisi pemikiran merupakan tantangan besar bagi umat Islam, pengaruh ini dikarnakan globalisai disegala bidang, termasuk globalisasi pemikiran, sehingga terjadilah yang namanya liberalisi, ataupun sekularisasi. Seorang pakar, Mark Rupert mennnyatakan dalam bukunya ”The Homogony Project Liberal Globalization” menyatakan bahwa tak ada alasan untuk mempercayai bahwa globalisasi liberal bersipat tak terhindarkan. Artinya hal ini tak dapat dihindarakan, maka umat Islam harus antisipasi dalam mengahadapi fenomena tersebut, terutama bahaya pemikiran liberal yang datang dari pemikiran barat. Akibat era globalisasi saat ini umat Islam menjadi sasaran utama, termasuk dalam hal pola pikir yang terancam oleh pola pemikiran barat yang liberal Dan hedonis.
Maka jika secular-liberal barat sudah mencerkam otak sebagian kalangan muslim apalagi dikalangan tokoh ataupun pemimpin agama, maka problemnya menjadi sangat pelik, sebab dari mulut mereka akan keluar hal-hal yang akan bertentangan dengan syariat Isalm. Maka hal inilah yang sangat dikawatirkan oleh umat Isalm di era globalisasi ini. Maka sikap kita sebaga umat Islam yang beriman harus menghapi semua itu denga tidak menjerumuskan diri kedalamnya, kita harus slalu berpegang teguh kepada al-Qur’an Dan hadist, karan itulah pedoman hidup bagi umat Islam.
Tapi sayangnya tidak semua orang benar-benar faham apa inti sebenarnya dari peradaban Barat ini sehigga mereka terpengaruh akan cara hidup orang barat. Salah satu penjajahan barat yang dominan dilakukan oleh barat adalah adalah masalah idiologi ataupun kebebasan berfikir (libral)
Sepanjang sejarah, manusia memang telah menghadapi banyak tantangan Dan kekacauan. Tetapi belum mereka belum pernah menghadapi tantangan yang lebih serius dari pada yang ditimbulkan oleh peradaban barat. Prof syed Muhammad Naquid al-Attas, seorang pemikir yang cukup dikenal baik oleh dunia pemikiran Barat maupun Islam, memandang problem terberat yang dihadapi umat Islam dewasa ini adalah libralisasi pemikiran terhadap Islam Dan dominasi keilmuan secular barat yang mengarah pada kekacauan umat Islam. al-Attas juga memaparkan dalam bukunya “The Concept of Education in Islam (1980) membuktikan pemahaman mendalamnya tentang semangat yang memancarkan bentuk dan kaedah pemikiran Barat yang mendasar dalam setiap lapangan.
Pada tingkat global cara pandang libral gaya Barat ini kemudian diglobalisasi sebagai dari upaya pelestarian hemogoni. Ini adalah wajar dalam logika politis yang dominan saat ini. Demokrasi liberal mengharuskan sekuerisasi Dan sekaligus pluralisme yang tidak membedakan manusia atas agama atau ras tertentu, namun manusia dikotak-kotakan atas bangsa dan negara. Dari inilah terjadi proses imitasi terhadap pola pikir dan budaya yang datang dari barat, sehingga banyak umat sekarang ini yang berpola pikir kebarat-baratan ataupun libral begitupun dengan cara pandang hidup mereka.
Pada kenyataannya globalisasi semakin mengarah kepada satu bentuk “imperialisme pemikiran” terhadap pemikiran umat Islam. Prof. Amer al-Roubaie pakar globalisasi di Internasional Institute of Islamic Thought Civilization-International Islamic University, mencatat bahwa telah dipahami secara luas bahwa gelombang tren budaya berfikir global dewasa ini sebagian besar merupakan produk barat, menyebar keseluruh dunia lewat keunggulan teknologi elektronik dan berbagai bentuk system komunikasi”
Di era globalisasi inilah, dimana proses liberisasi berlansung di berbagai bidang, pro kontra tentas batas batas moral akan selalu terjadi. Kaum secular-liberal dengan mudahnya berfikir “kebesan berfikir” adalah setandar moral yang mutlak Dan tidak dapat diganggu gugat. Logika kaum liberal ini berasal dari prinsip “humanism secular”, bahwa yang menetapkan manusia sebagai Tuhan. Manusialah yang mengatur Dan menentukan segala hal, dengan kebesan induvidunya, asal tidak merugikan orang lain.
Itulah yang sebenarnya sedang menimpa umat isalm, bahwa liberalisi pemikiran merupakan tantangan besar bagi umat Islam, pengaruh ini dikarnakan globalisai disegala bidang, termasuk globalisasi pemikiran, sehingga terjadilah yang namanya liberalisi, ataupun sekularisasi. Seorang pakar, Mark Rupert mennnyatakan dalam bukunya ”The Homogony Project Liberal Globalization” menyatakan bahwa tak ada alasan untuk mempercayai bahwa globalisasi liberal bersipat tak terhindarkan. Artinya hal ini tak dapat dihindarakan, maka umat Islam harus antisipasi dalam mengahadapi fenomena tersebut, terutama bahaya pemikiran liberal yang datang dari pemikiran barat. Akibat era globalisasi saat ini umat Islam menjadi sasaran utama, termasuk dalam hal pola pikir yang terancam oleh pola pemikiran barat yang liberal Dan hedonis.
Maka jika secular-liberal barat sudah mencerkam otak sebagian kalangan muslim apalagi dikalangan tokoh ataupun pemimpin agama, maka problemnya menjadi sangat pelik, sebab dari mulut mereka akan keluar hal-hal yang akan bertentangan dengan syariat Isalm. Maka hal inilah yang sangat dikawatirkan oleh umat Isalm di era globalisasi ini. Maka sikap kita sebaga umat Islam yang beriman harus menghapi semua itu denga tidak menjerumuskan diri kedalamnya, kita harus slalu berpegang teguh kepada al-Qur’an Dan hadist, karan itulah pedoman hidup bagi umat Islam.
Achmad Jedi, Masiswa Smester IV Asal Pontianak
DAFTAR PUSTAKAHusaini Adian, Wajah PeradabanBarat, gema Insani, Jakarta, 2005
Nurkholis Majid, Islam, Kemoderanan dan Keindonesiaan, Mizan, Bandung.2008.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar