Membentuk Generasi Muda di Era Globalisasi
Jedi Alfanzo*
Jedi Alfanzo*
Banyak hal yang kita harus hadapi dan kita waspadai bahwasannya di era globalisasi sekarang ini, banyak istilah-istilah yang dulunya dibatasi oleh penghalang Geografis seperti Amerika, Westren dan lain-lain tampaknya taklagi berlaku lagi dikarnakan perubahan zaman yang kian jauh dari kehidupan Rasullulah saw. Peristilahan itu lebih kepada cara pandang kehidupan dan life style orang-orang yang didominasi oleh budaya barat. Untuk itu peristilahan kebarat-baratan, misalnya cara berpakaian yang mana sudah menyimpang dari undang-undang yang telah ada dan sangat tidak sesuai dengan ketentuan agama. Begitupun dengab cara berbicara , kebanyakan cara berbicara yang digunakan oleh remaja sekarang ini tidak sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa yang benar, karna kebanyakan remaja sekarang ini menggunakan istilah-istilah yang diterapkan dan digunakan oleh orang barat. Dan sudah tidak asing lagi bagi kita bahwasannya masuknya budaya barat terhadap kebudayaan kita dikenal dengan weternesasi.
Untuk itu pembentukan generasi Muslim sebenarnya tidak terlalu ditentukan lagi oleh factor Geografis. Ini sejalan dengan hadist Nabi yang mengatakan “tiada hijrah lagi setelah Fathul Mekkah”. Bahwa secara geografis tidak ada lagi pelarian untuk mengamalkan keimanan dan keislaman karena dimana saja daerah itu telah menjadi netral.
Untuk itu, dalam era informasi global sekarang ini, seharusnya visi kita juga ikut menglobal (alamiyah). Dengan demikian, ketika menata masa depan generasi yang dicita-citakan adalah generasi yang tangguh kapan dan dima saja mereka hidup.
Sebenarnya dalam kehidupan ini kita melakukan racing (berlomba). Perlombaan antara sisi kemanusiaan dan kesetanan, kebaikan dan keburukan, serta kebenaran dan kebatilan dalam diri kita. Untuk itu, upaya untuk memenangkan kebaikan di atas keburukan, upaya untuk menaklukan setan dalam perlombaan ini memerlukan start yang jitu. Maka, dalam pembangunan generasi yang baik (zurriyah thayyibah) memerlukan kejituan start dari awal. Keterlabatan hanya melahirkan penyesalan tak berujung.
Hakikat ini sebenaranya telah dijelaskan secara gamblang dalam sabda-sabda Rasulullah saw.. berbagai sabdanya menjelaskan proses-proses persiapan generasi, mulai sejak dua anak manusia masing-masimg mencari pasangan hidupnya. “perempuan dinikahi karana empat hal…tapi jadikanlah syarat agama sebagai prioritas, niscaya kamu beruntung”, dan nasihat Rasulullah kepada orang tua para gadis, “jika datang kepadamu seorang pemuda yang agamanya dan akhlaknya terpuji nikahkanlah.” Semua ini menjelaskan proses perencanaan generasi.
Bahkan ada sebuah sabda Rasulullah yang berupa ajakan dalam pembentukan generasi. Sabda Rasulullah saw. “Ajarkan shalat pada anak-anak kamu ketika berumur tujuh tahun. Jika mereka telah berumur sepuluh tahun (tapi tidak melakukannya) maka hukumlah.” Disini dengan jelas Rasulullah saw menganjurkan agar proses mempersiapkan generasi ini hendaknya dilakukan sejak seawal mungkin.
Dengan demikaian maka kekawatiran akan perubahan zaman yang makin hari kian berubah pada titik kekawatiran akan pembentukan generasi muda kiranya bisa untuk membantu pembentukan generasi yang sesuai dengan keinginan bangsa, karna sebagaimana kita ketahui bahwa generasi muda merupakan penurus dari perjuangan bangsa dan Negara. Maka apa jadinya apabila penerus bangsa terjerumus pada kebudayaan yang tidak sesuai dengan norma-norma yang tidak berlaku dan bertentangan dengan ajaran Islam. Pembentukan generasi muslim haruslah dimulai sejak dini untuk mengantisipasi akan menglobalnya budaya-budaya barat (westernisasi) yang akan mendominasi buday-budaya luhur Indonesia. Dalam hal ini peran generasi muslim adalah yang utama untuk membentuk Negara kita pada Negara yang sesuai dengan norma-norma kehidupan dan sesuai dengan syari’at Islam.
Untuk itu pembentukan generasi Muslim sebenarnya tidak terlalu ditentukan lagi oleh factor Geografis. Ini sejalan dengan hadist Nabi yang mengatakan “tiada hijrah lagi setelah Fathul Mekkah”. Bahwa secara geografis tidak ada lagi pelarian untuk mengamalkan keimanan dan keislaman karena dimana saja daerah itu telah menjadi netral.
Untuk itu, dalam era informasi global sekarang ini, seharusnya visi kita juga ikut menglobal (alamiyah). Dengan demikian, ketika menata masa depan generasi yang dicita-citakan adalah generasi yang tangguh kapan dan dima saja mereka hidup.
Sebenarnya dalam kehidupan ini kita melakukan racing (berlomba). Perlombaan antara sisi kemanusiaan dan kesetanan, kebaikan dan keburukan, serta kebenaran dan kebatilan dalam diri kita. Untuk itu, upaya untuk memenangkan kebaikan di atas keburukan, upaya untuk menaklukan setan dalam perlombaan ini memerlukan start yang jitu. Maka, dalam pembangunan generasi yang baik (zurriyah thayyibah) memerlukan kejituan start dari awal. Keterlabatan hanya melahirkan penyesalan tak berujung.
Hakikat ini sebenaranya telah dijelaskan secara gamblang dalam sabda-sabda Rasulullah saw.. berbagai sabdanya menjelaskan proses-proses persiapan generasi, mulai sejak dua anak manusia masing-masimg mencari pasangan hidupnya. “perempuan dinikahi karana empat hal…tapi jadikanlah syarat agama sebagai prioritas, niscaya kamu beruntung”, dan nasihat Rasulullah kepada orang tua para gadis, “jika datang kepadamu seorang pemuda yang agamanya dan akhlaknya terpuji nikahkanlah.” Semua ini menjelaskan proses perencanaan generasi.
Bahkan ada sebuah sabda Rasulullah yang berupa ajakan dalam pembentukan generasi. Sabda Rasulullah saw. “Ajarkan shalat pada anak-anak kamu ketika berumur tujuh tahun. Jika mereka telah berumur sepuluh tahun (tapi tidak melakukannya) maka hukumlah.” Disini dengan jelas Rasulullah saw menganjurkan agar proses mempersiapkan generasi ini hendaknya dilakukan sejak seawal mungkin.
Dengan demikaian maka kekawatiran akan perubahan zaman yang makin hari kian berubah pada titik kekawatiran akan pembentukan generasi muda kiranya bisa untuk membantu pembentukan generasi yang sesuai dengan keinginan bangsa, karna sebagaimana kita ketahui bahwa generasi muda merupakan penurus dari perjuangan bangsa dan Negara. Maka apa jadinya apabila penerus bangsa terjerumus pada kebudayaan yang tidak sesuai dengan norma-norma yang tidak berlaku dan bertentangan dengan ajaran Islam. Pembentukan generasi muslim haruslah dimulai sejak dini untuk mengantisipasi akan menglobalnya budaya-budaya barat (westernisasi) yang akan mendominasi buday-budaya luhur Indonesia. Dalam hal ini peran generasi muslim adalah yang utama untuk membentuk Negara kita pada Negara yang sesuai dengan norma-norma kehidupan dan sesuai dengan syari’at Islam.
*Mahasiswa Semester IV, Asal Pontianak Borneo
Tidak ada komentar :
Posting Komentar